Suka Duka Jadi Pengawas Lapangan di Proyek Konstruksi (Pengalaman Berharga)
Haloo, kali ini ngga tau kenapa saya pengen nulis mengenai pengalaman saya sebagai pengawas lapangan yang udah dari tahun 2016 saya masuki. Sebenarnya sih hitungannya baru 2 kali, karena proyek yang saya terima untuk jadi pengawas lapangan itu baru proyek Universitas Terbuka, yaitu Universitas terbuka Palu (UPBJJ-UT Palu) dan Universitas Terbuka Tarakan (UPBJJ-UT Tarakan).
Walaupun baru 2 kali, tapi menurut saya pengalaman ini cukup penting untuk saya sampaikan kepada orang-orang yang ingin tahu seluk beluk dunia pengawasan. Apalagi kalau kamu mahasiswa yang background-nya dari sipil atau arsitektur, dan belum pernah menyentuh sama sekali ranah lapangan, maka kamu pasti akan butuh asupan cerita-cerita seperti ini. Jadiiii, semoga cerita ini bermanfaat yaa.
Pengalaman Pertama Jadi Pengawas Lapangan
Menjadi pengawas lapangan di proyek Universitas Terbuka Palu adalah pengalaman pertama buat saya sekitar pertengahan tahun 2016. Dan pengalaman yang kedua di Universitas Terbuka Tarakan pada November 2017 ini. Sebelumnya memang saya hanya kerja di kantor yang kalo ngga ditugasin ngegambar, yah paling ngitung. Ngga pernah sama sekali terjun ke lapangan dalam waktu yang lama.
So, ketika saya ditawari menjadi pengawas lapangan di Universitas Terbuka Palu, saya mau banget. Karena selain saya bisa ketemu sama keluarga dan tinggal lama disana bareng mereka, ini juga merupakan kesempatan luar biasa untuk belajar dan melihat langsung proses yang selama ini hanya saya lihat dalam bentuk gambar. Kebetulan kontrak saya dengan proyek sebelumnya juga sudah selesai, sehingga untuk berpindah ke proyek lain jadinya lebih mudah.
Sebelum benar-benar ngawas di lapangan, saya dibekali Bill of Quantity atau RAB dari kantor. Jadi itu adalah daftar yang berisi detail pekerjaan yang akan dikerjakan beserta volume dan nilai rupiahnya. Nilai anggaran UT Palu waktu itu sekitar 2,6 M. Kecil sih memang karena sifatnya renovasi dan sedikit penataan landscape-nya saja.
Pengenalan Dunia Konstruksi
Sedikit informasi, mungkin bagi yang awam dengan dunia konstruksi akan merasa tulisan ini rada membingungkan. Jadi sebelum kalian baca jauh kebawah, saya mau ngasih tau bahwa di dunia konstruksi ada yang namanya Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan.
Perencanaan
Adalah ketika si arsitek mendesain gedung/ sarana prasarana/ infrastruktur/ landscape sesuai permintaan owner selama beberapa waktu.
Pelaksanaan
Adalah ketika gedung/ sarana prasarana/ infrastruktur/ landscape yang telah didesain oleh arsitek tadi direalisasikan atau dibangun oleh kontraktor.
Pengawasan
Adalah proses mengawas pekerjaan pembangunan gedung/ sarana prasarana/ infrastruktur/ landscape yang dibangun oleh kontraktor mulai dari awal pembangunan hingga selesai. Intinya pengawas itu bertindak sebagai mediator antara perencana, owner dengan kontraktor.
Oke, jadi anggap aja saya buta akan pekerjaan pengawas lapangan ini. Karena memang itu adalah kenyataannya. Saya belajar seiring dengan banyaknya waktu yang saya habiskan di lapangan.
Jujur waktu pertama kali ngawas, saya kadang agak malu untuk bertanya hal-hal teknis mengenai pelaksanaan di lapangan karena ngga mau ketahuan begonya sama kontraktor. Toh kalaupun saya bertanya, kebanyakan hanya sama orang yang saya percayai dan dekat. (Jangan diikuti yah. Ajaran sesat ini. Malu bertanya sesat di jalan). Haha.
Yang Saya Kerjakan Sebagai Pengawas Lapangan
1. Membuat Laporan Harian, Mingguan, dan Bulanan
Di lapangan saya belajar membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan. Ini sih pekerjaannya masih mudah menurut saya, karena hal ini udah pernah saya kerjain sewaktu kuliah pada mata kuliah KP (Kerja Praktek) kemarin. Bermodalkan skill ngetik, terus tahu rumus-rumus dasar excel, udah aman pokoknya. Karena nantinya pekerjaan yang dikerjakan di lapangan itu akan dinilai sejauh mana progress-nya. Dan progress-nya akan diinput ke dokumen excel.
Misalnya, pemasangan keramik satu ruang kantor volume yang tertera di RAB itu anggaplah 25m2. Nah, saat di lapangan, kalau pemasangannya baru setengah luasan tersebut, artinya progress pemasangan keramiknya baru 50%. Udah gitu, tinggal input aja masuk angkanya ke dalam daftar progress mingguan di excel. Ini mudah banget kok. Progress ini hitungannya dilakukan setiap minggu dan setiap bulan.
Kalau harian, saya hanya perlu mengisi uraian pekerjaan apa yang dikerjakan saat itu, kemudian ada peralatan dan bahan yang masuk ke proyek, juga jumlah tenaganya. Masalah laporan harian ini sih sebenarnya tugas kontraktor, bukan tugas pengawas. Cuma kadang kontraktor itu menyerahkan pekerjaan laporan harian ini ke pengawas lapangan karena ngga ada tenaga adminnya. Hehe, kalau kamu ngalamin seperti itu, berarti kita sama.
2. Mengadakan Rapat Mingguan dan Bulanan
Selama bekerjasama dengan produk dari Ristekdikti, which is Universitas Terbuka, kami pengawas lapangan beserta jajaran kontraktor dan owner Universitas Terbuka setempat wajib mengadakan rapat mingguan. Yang kami bahas adalah mengenai kemajuan progress pembangunan yang telah terlaksana, kemudian mengenai kendala yang ditemui oleh kontraktor selaku pelaksana, juga mengenai rencana kerja pekan depan, dll yang dianggap perlu demi tercapainya pembangunan sesuai rencana.
Nah hasil rapat dituangkan dalam bentuk notulen yang nantinya akan dikirimkan ke email semua pihak. Jadi tiap minggu kita punya target sesuai pembahasan yang telah disepakati dalam rapat.
Saya ngga begitu tau apakah rapat mingguan seperti ini juga diadakan kalau saja owner-nya bukan dari Universitas Terbuka. Tapi yang pasti, setiap pekerjaan konstruksi seperti ini wajib menyelenggarakan rapat. Umumnya sih sebulan sekali.
Untuk rapat bulanan, prosesnya sama aja dengan rapat mingguan. Hanya saja personilnya nambah lagi dari pusat. Karena proyek saya itu Universitas Terbuka, maka tim teknis bangunan dari Universitas Terbuka Pusat ikut rapat bersama kami pengawas, kontraktor, dan owner UT setempat. Pembahasannya sama, yaitu bagaimana caranya supaya proyek ini bisa selesai tepat waktu, dan tentunya bahan dan alat yang digunakan sesuai dengan permintaan tim teknis.
3. Dokumentasi Lapangan
Foto-foto lapangan itu penting banget. Setiap pekerjaan yang berlangsung di lapangan itu musti difotoin. Sampai ke kegiatan pengukurannya juga wajib di foto. Kayak pekerjaan galian tanah di UT Tarakan kemarin, angka yang ditunjukkan oleh meteran harus merujuk pada kedalaman yang diminta.
Kenapa? Karena di akhir pekerjaan ini, ada yang namanya Asbuilt Drawing yakni gambar pelaksanaan yang telah dikerjakan di lapangan. Dan juga, Change Contract Order (CCO) juga pasti akan terjadi, yakni perubahan pekerjaan dan nilai kontrak awal. Bisa jadi nilai kontraknya berkurang, atau lebih.
Pelaksanaan di lapangan umumnya berbeda dengan rencana. Sebagai bukti perubahan tersebut, maka dokumentasi lapangan lah yang berperan penting. Karena setiap perubahan pekerjaan, volume juga akan ikut berubah. Wajib banget dah bisa ngitung volume. Kasus yang terjadi sewaktu saya ngawas di UT Palu, nilai kontraknya jadi berkurang. Begitupun di UT Tarakan, nilai kontraknya juga berkurang.
Dukanya Seorang Pengawas
Hal yang paling sulit di lapangan saat menjadi pengawas lapangan menurut saya adalah ketika gambar rencana ngga bisa diaplikasikan di lapangan. Nah disini pengawas harus tau mengambil sikap. Saat saya ragu, hal itu saya komunikasikan ke tim leader atau ngga tim teknis bangunan UT Pusat. Karena segala keputusan yang akan diterapkan di lapangan, itu harus atas rekomendasi mereka ini.
1. Perencanaan Berubah
Waktu ngawas di UPBJJ-UT Palu, hal demikian terjadi pada pekerjaan pelaksanaan bak sampah. Pekerjaan bak sampahnya ngga bisa diaplikasikan sesuai dengan gambar rencana. Di perencanaan, bak sampah menggunakan material plat baja dengan bukaan swing ke arah atas. Coba deh bayangin gimana beratnya plat baja itu kalau jadinya dibuka keatas. Susah coyy. Dan hal ini akan menyulitkan petugas sampah nantinya.
Oleh karenanya tim leader beserta tim teknis bangunan UT Pusat mengusulkan untuk merubah desain perencanaan. Yang awalnya modelnya swing keatas, diubah menjadi sliding. Persis seperti kulkas ice cream sliding yang banyak kita temui di toko-toko.
Tantangannya adalah, gimana caranya si kontraktor ini bisa melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan permintaan owner dan instruksi tim leader. Jujur nih, banyak lho kontraktor yang ngeyel akan hal seperti ini. Berbagai alasan mereka keluarkan seolah-olah pekerjaan yang diminta oleh tim leader dan tim teknis itu berat sehingga pada akhirnya si kontraktor ini mengerjakan pekerjaan ngga maksimal. Padahal sebenarnya pekerjaan ini ngga berat-berat gimana. Toh, tim leader dan tim teknis masih punya hati nurani dan tahu sebatas apa kesulitannya.
2. Pekerjaan Kontraktor Ngga Maksimal
Contoh, waktu masih ngawas di UT Palu, ada pekerjaan pemasangan Aluminium Composit (ACP) pada fisik bangunan. Jujur, saya sama sekali ngga tau bagaimana teknisnya pemasangan material ini. Secara, ini kan pengalaman pertama saya juga dalam mengawas.
Apa kemudian yang saya lakukan? Pelaksanaan pekerjaan tsb saya foto, dan saya share di grup whatsapp proyek UT yang isinya ada kontraktor, pengawas, dan tim teknis. Saya melakukannya dengan harapan ada dari tim teknis yang mengomentari pekerjaan pemasangan ACP-nya apakah sudah sesuai atau belum. Hingga akhirnya muncullah tim teknis menegur pekerjaan ini di grup.
Intinya, ACP-nya yang sekitar setengah tampak udah dipasang, itu harus dicopot semuanya karena metode pemasangannya ngga tepat. Ini bukan saya yang minta guys, tapi tim leader dan tim teknis. Mereka ketat banget masalah seperti ini. Sesuai gambar rencana, pemasangan ACP itu menggunakan sistem tekuk. Sementara, si kontraktor ini ngerjainnya ngga seperti itu. Mana list nya juga ngga ketemu. Sealent-nya juga ngga rapi. Sumpah, pekerjaan ACP di UT Palu waktu itu parah banget.
Saya yang masih awam banget dengan dunia pengawasan juga awalnya ngga enak negur site manager-nya. Apalagi site manager-nya (SM) orang tua cuyyy. Tapi karena ini udah kewajiban, maka mau ngga mau saya tetap harus sampaikan. Dan tau ngga, udah saya kasitau ke SM-nya minta dilepas ACPnya, eh, yang dilepas cuma sebagian aja.
Terus parahnya lagi, pekerjaan ACP di posisi lain metodenya juga ada yang masih ngga pake metode tekuk. Saya kembali negur, sampai-sampai saya udah pernah kasih surat peringatan ke kontraktornya. Isinya menyatakan bahwa segala pelaksanaan yang dikerjakan ngga sesuai dengan keputusan tim teknis dan tim leader, harus perbaiki.
3. Ngga Enak Negur Kontraktor
Oh iya, kejadian yang ngga mengenakkan lagi dan paling ngga enak banget juga negurnya adalah pas pekerjaan pengerukan cat dinding eksisting. Yah, ini udah pasti karena kontraktornya adalah orang tua. Karena memang cat dinding lama mau diganti dengan cat baru, maka cat lama musti dikeruk. Catnya ngga boleh ditimpa supaya warna yang diinginkan bisa terwujud. Warna cat lama itu cream, sementara yang baru itu abu-abu.
Sesuai kesepakatan, metode pengerukannya menggunakan gerinda dengan cat remover. Tapi apa yang terjadi? Pada kenyataannya si kontraktor tetap menggunakan gerinda, namun penggunaan cat remover sangat sedikit. Sehingga hasil cat eksistingnya tidak benar-benar hilang. Alasan mereka karena menggunakan cat remover pun juga ngga begitu mempan, soalnya cat lama masih bagus kualitasnya. FYI, penggunaan cat remover memang hanya bisa digunakan pada dinding yang catnya mengelupas.
Ending-endingnya hasilnya ngga maksimal banget. Karena pengen cepet-cepet kelar pekerjaannya, belum juga di kerok sempurna catnya, si kontraktor ini langsung main cat aja. Alhasil tekstur dindingnya ngga rata karena ada sisi cat yang ngga bener-bener mengelupas. Aduuuh, ribet sih.
Sukanya Seorang Pengawas
Menjadi pengawas lapangan ngga selalu ngga enak kok. Kalau saya disuruh memilih antara bekerja di bagian perencanaan, pengawasan, dan pelaksanaan, jujur saya akan memilih bekerja di bagian pengawasan. Kenapa?
1. Gajinya Lebih Besar Dari Perencana
Selama saya bekerja di bidang konstruksi, pemasukan saat menjadi pengawas lapangan bisa dibilang lebih banyak dibandingkan saat saya menjadi seorang perencana alias arsitek. Padahal, menjadi perencana lebih banyak stresnya lho. Udah banyak berpikir mengenai desain, tambah lagi stresnya karena revisi-revisi. Kalau udah gini, kerjanya jadi lembur.
Saya pernah lho nginap seminggu di kantor, sampe tidur subuh karena perencanaan ini. Rekor dah! Belum lagi kalau bosnya perfeksionis dan rada koro-koroang. Selamat yaaa! Tapi entah kenapa gajinya lebih kecil dari pengawasan.
2. Jam Kerja Pengawasan Lebih Fleksibel
Saya bisa bilang seperti ini karena pengawas lapangan itu sebenarnya ibarat bos. Kontraktor jatuhnya jadi seperti bawahan kita karena setiap pekerjaan yang dilakukan diapangan, harus atas peretujuan pengawas. Pengawas mau dateng pagi, siang, sore, itu ngga ngaruh sama kontraktornya. Ngga bakalan dimarahin. Bahkan ada lho, pengawas lapangan yang hanya datang seminggu sekali. Tapi itu bukan saya.
Yang penting, pekerjaan kontraktor di lapangan beres. Itu aja! Namanya orang ngawas. Tujuan ngawas kan supaya yang diawasi melaksanakan tugasnya dengan benar kan?
Sementara untuk pelaksana sendiri, walaupun gajinya gede banget (sampe bisa bayar uang panaik!!) dan apapun semua-semuanya di hidupmu ditanggung, tapi jam kerjanya kadang bikin saya ngerasa jadi hambanya penjajah jepang. Udah bukan kerja rodi, tapi kerja romusha!!! Ngga ada hari libur. Kerjanya hampir selalu sampai larut malam.
Sampai jam 12 malam lewatpun pernah saya lakuin waktu saya kerja di Waskita untuk proyek Rusun TNI Maluku. Padahal masuknya itu jam 7 pagi lho. Itu saya alamin selama pekerjaan struktur berlangsung di lapangan. Kurang lebih 3 sampai 4 bulanan lah. Masuk di pekerjaan arsitektur, kerjaan saya udah mulai ringan. Paling jam 8 malam lah paling malam.
3. Kerjaannya Ngga Menegangkan
Menjadi pengawas lapangan, pekerjaannya ngga menegangkan seperti saat jadi perencana dan pelaksana. Kalau waktu jadi perencana kan, dikit-dikit desain saya dikoreksi sama bos. Revisi lagi, revisi lagi. Ngga jarang dapat marah juga dari bos berkenaan desainnya.
Jadi pelaksanapun juga begitu. Sering juga tuh saya dapat ceramah panjang lebar dari Kepala Proyek. Ampuun deh! Pokoknya dari segi beban, masih lebih enak terbebaninya saat menjadi pengawas lapangan. Bebannya yah cuma seperti yang saya jelasin duka diatas.
4. Jarang Ngeluarin Duit
Selain dapat gaji yang lumayan saat menjadi seorang pengawas, pengeluaran hidup juga ngga begitu susah. Soalnya makan dan tempat tinggal ditanggung semuanya oleh kantor. Bahkan makan siang pengawas ditanggung oleh kontraktor lho! Itu yang saya rasain lho yah. Segala fasilitas banyak yang ditanggung kontraktor selama saya kerja sebagai pengawas.
Bahkan, setiap bulan kita terima pemasukan juga dari kontraktor. Jadi, pengawas itu dapat gaji dobel. Satunya dari kontraktor, dan satunya lagi dari bos pengawasan. Alhamdulillah yah. Seneng banget rasanya bisa dikasih kesempatan untuk memegang posisi pengawas lapangan.
SEKIAN DARI SAYA. INTINYA SETIAP PEKERJAAN ITU ADA KEKURANGAN DAN KELEBIHANNYA. MAU PEKERJAAN APAPUN ITU. SAYAPUN JUGA NGGA AKAN SELALU KERJA DI PENGAWASAN. KARENA REJEKI NGGA ADA YANG TAU. TIBA-TIBA ADA TAWARAN NGEDESAIN, ATAU TIBA-TIBA ADA TAWARAN KERJA BARENG KONTRAKTOR, ITU SAYA NGGA BISA DUGA. SELAGI COCOK COCOK AJA, PASTI AKAN SAYA TERIMA.
Kalo kamu ngerasa cerita ini bermanfaaat, dan pengen nanya-nanya lebih lanjut ke saya, kamu bisa DM aja saya langsung di Instagram ya. Selagi ada kesempatan pasti saya bales kok. Kamu juga boleh banget follow saya di Instagram karena saya suka bagiin cerita soal di dunia konstruksi ini di story saya. Thank you buat kamu yang udah baca.
Pingback: Pengalaman Kerja Jadi Arsitek di Bandara Mamuju – Yanikmatilahsaja
Pingback: 30 Ide Postingan Blog Untuk Blogger Pemula - Yanikmatilahsaja
Pingback: 30 Ide Postingan Blog Untuk Blogger Pemula – Suryani Palamui
bagus pramana putra
bagus banget blognya mbak, saya suka, kebetulan saya juga baru bekerja dan sangat buta sekali dengan hal pengawasan, tapi setelah baca artikel mbak, saya jadi ada motivasi lagi untuk bangkit dari ke pesimisan ..
sukses terus mbak, lanjutkan lagk artikel dunia arsitektur.
terima kasih ..
Suryani Palamui
Hehe makasih ya udah mampir. Alhamdulillah bisa bermanfaat. BTW udah follow instagram saya belum? Saya juga lumayan sering update kerjaan di lapangan 🙂
Arikewel
Intinya bisa baca gambar ea mba untuk jadi pengawas
Suryani Palamui
Bener banget 🙂
Sigit Hariadi
Saya bukan dari dunia Arsitektur ataupun akademis Arsitektur, saya ditawarkan untuk jadi pengawas proyek untuk pertama kalinya dibidang ini, boleh kasih saran dan motivasi nya mbak? Untuk lebih menyemangati kelak pekerjaan baru saya ini, saya baca blognya mbak sangat membantu ni, keren mbakkkk
Suryani Palamui
Alhamdulillah bisa membantu. Jujur saya seneng banget kalau apa yang saya tuliskan ini bisa bermanfaat. Terimakasih ya sudah mau membaca. Kalau mau saran atau motivasi mungkin kamu bisa baca tulisan saya disini https://suryanipalamui.com/2019/09/pengawas-lapangan-pertama-kali.html
Fredi
Gajinya berapa ya kak kalo boleh tau bisa perbandingan kalo pas di interview. Makasih kak…
Suryani Palamui
Bisa mampir baca tulisanku yang ini https://suryanipalamui.com/2019/11/gaji-pengawas-lapangan.html 🙂
J
Apa aja yg setidaknya harus kita bisa saat jd pengawas mbak ? Karna saya juga msh mencoba untuk jd pengawas dan takut bingung gtu mbak
Suryani Palamui
Buat laporan sih seengaknya harus bisa 🙂 Semangat yaa jadi pengawasnya 🙂
watu
Mbak Suryani, apakah ada contoh laporan pekerjaan yang bisa di share sebagai acuan jika ingin jadi pengawas. contohnya laporan pendahuluan pekerjaan, terima Kasih