Sepatah Kata Untuk Buku The Lovable Lady Formula
Dari waktu lebaran baru-baru hingga saat ini, saya masih belum disibukkan oleh event. Rasanya aneh sih, kalau di rumah terus. Bawaannya pengen keluar jalan. Mau nge-mall atau hunting ke area wisata rasanya malas. Maunya keluar jalan ke suatu event. Itu yang YANI banget.
Yah, jadi sekarang karena belum ada kegiatan menarik yang bisa di share, saya akhirnya memilih untuk berbagi mengenai pendapat saya terhadap sebuah buku Self Improvement Personal Growth yang judulnya The Lovable Lady Formula.
Perkenalan dulu, jadi awal saya kenal buku ini karena saya sudah mengenal lebih dahulu penulisnya sejak tahun 2016 alias tahun lalu melalui sebuah situsnya www.kelascinta.com. Dia adalah Jet Veetlev, Kei Savourie, dan Lex dePraxis. Beliau-beliau ini aktif sebagai seorang Love Coach. Mereka adalah pakar sejatinya All About Love. Mau cinta terhadap pasangan, keluarga, hingga diri sendiri semuanya mereka khatam. So, jadilah saya banyak mengikuti tulisan, e-book, hingga live instagram yang mereka produksi. Dan jujur saja, semua persepsi mengenai CINTA yang sekarang saya pahami, itu jauh lebih banyak teredukasi dari hasil karya mereka. Sungguh!
Kalau kebanyakan orang berpendapat mengenai suatu buku setelah selesai membacanya, mungkin dengan saya berbeda karena saya baru baca buku ini di halaman 68 dari total 243 halaman. Kenapa? Alasannya simple sih. Saya hanya ingin punya bahan tulisan di blog. Dan menurut saya, dari sekian banyak hal yang saya alami hari ini, pendapat mengenai buku The Lovable Lady Formula lah yang sangat berguna dan bermanfaat untuk saya share. Saya beli buku ini sudah dari 3 bulan yang lalu, tapi baru sempat membacanya sekarang. Hehe. *prinsip saat ini: tiap hari musti nulis di blog 🙂
Baru awal saya membaca buku ini, saya sudah dibikin larut sama penulisnya melalui kalimat-kalimat yang disampaikannya. Misalnya di halaman 8. Disitu dikatakan “Hidup Terdiri atas Permainan”. Pada halaman itu dijelaskan bahwa: Seorang Lovable Lady tidak saja memiliki kemampuan luar biasa, tapi juga memiliki pola pikir yang cukup berbeda. Salah satunya adalah dengan memandang kehidupan ini sebagai sebuah permainan. Nah lho?
Dikatakan bahwa, Life is a Game adalah sebuah konsep yang sekilas dengan pandangan bahwa hidup penuh dengan pengorbanan dan kerja keras. Namun, sebagai langkah awal untuk membuka diri, tidak ada salahnya belajar dari sudut pandang yang berbeda. Ketika kita berinteraksi dengan orang lain, tentu akan ada perbedaan kepentingan dan keinginan.
Misalnya, cara untuk meminta kenaikan gaji tentu akan tidak baik dengan cara memintanya secara langsung blak-blakan. Tapi dengan cara mendekati atasan, tertawa saat atasan bercanda, membawa oleh-oleh buat personalia, proaktif dalam meeting, dan menunggu momen yang tepat untuk berdiskusi mengenai gaji.
Strategi ini mungkin banyak belum dilakukan karena bagi kebanyakan, hidup adalah tanggung jawab hingga saat memutuskan untuk tidak mengerjakan hal-hal diatas yang bertentangan dengan nurani. Padahal, dalam keluarga saat kita masih kecil pasti kita pernah mengalami suatu masa dimana kita ingin meminta sesuatu dari orang tua. Yang kita lakukan adalah mencari momen, mengerjakan pekerjaan rumah jauh lebih rajin dari biasanya, dll. Ini adalah game kecil yang kita mainkan supaya saat menyampaikan permintaan kepada orang tua, mereka akan mengiyakan.
Meski kamu tidak ingin mengakuinya, namun permainan hidup adalah sesuatu alami yang terjadi. Begitu pula dalam romansa. Konsep Romance is a Game dinilai cukup bertentangan dengan konsep romansa saat ini yang selalu dikait-kaitkan dengan keseriusan, tanggung jawab, ketulusan, kejujuran, dll.
Ketika seorang pria tertarik dan melakukan PDKT, dia menjadi perhatian, suka memuji, chatting seharian, mengajak dinner dll, sementara kita sebagai wanita ingin memastikan apakah dia benar-benar serius atau tidak, maka kita akan melancarkan aksi jual mahal dengan segala macam tes. Lama membalas chat, mencoba membuatnya cemburu, jaga image, dll.
Sang pria melancarkan strateginya dan wanita pun juga melancarkan strateginya. Apa ini namanya kalau bukan sebuah permainan? Kesalahan umum yang banyak dilakukan wanita adalah tidak bisa menikmati dan bersenang-senang dalam permainan tersebut. Karena takut disakiti, trauma masa lalu, tidak percaya pria, akibatnya wanita jadi menganggap romansa sebagai suatu yang sangat serius hingga ketika di kemudian hari mengalami kegagalan, sakit hatinya juga sangat serius. Padahal, cinta baru akan terbentuk setelah hubungan terjalin cukup lama. Pada tahap awal, ketertarikan yang tercipta antara pria dan wanita hanyalah proses naluri biologis semata.
Di halaman 27, saya lagi-lagi tertarik dengan kuesioner untuk mengevaluasi apakah kita saat ini ada dalam skala leaveble, likable, atau lovable lady. Intinya adalah, menjadi perempuan adalah bawaan lahir. Namun, menjadi mudah dicintai, tidak begitu saja otomatis terjadi. Ada serangakaian proses dan cara-cara yang perlu dijalankan agar lebih mudah dicintai oleh orang lain ataupun oleh diri sendiri. Proses dan cara-cara tersebut berlaku seperti serentet cheat sheet yang akan membuat perempuan lebih leluasa memainkan perannya dalam kehidupan. Dengan memahami rangkaian ini, perempuan dapat memahami cinta dengan kacamata yang lebih dewasa. Tahu kan, cinta saja terkadang tidak cukup untuk mempertahankan suatu hubungan?
Oleh karenanya, penulis dalam buku ini akan membawa kita, wanita sebagai pembaca untuk mengerti dasar pemikiran, konsep, serta cara-cara praktikal yang bisa diterapkan dalam kehidupan.