Renungan: Kenapa Karirku Begini?
Setelah dari keluar dari yayasan itu, saya kemudian mulai mencari peluang kerja yang lain. Sempat ada penawaran kepada saya untuk menjadi guru mengaji. Namun, entah kenapa si penawar tak menindaklanjuti keinginannya itu. Karena tak kunjung ada kabar, saya akhirnya berpikir untuk mencari pekerjaan lain. Entah kenapa waktu itu saya sangat ingin mengajar. Karena keinginan itu begitu menggebu-gebu, maka saya akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang pengajar privat.
Yah, saat itu yang ada dipikiran saya hanyalah menjadi seorang guru privat bagi anak SD ataupun SMP. Dengan bekal desain yang saya dapatkan selama belajar di Teknik Arsitektur, akhirnya saya merancang sendiri brosur privat dan mencetaknya sampai 100 copy. Dengan tekad besar yang saya miliki, saya memberanikan diri pergi ke sekolah-sekolah untuk membagi brosur tersebut. Dengan mengandalkan angkutan umum, akhirnya saya pun sampai di tujuan. Sempat ada rasa malu dalam diri saya saat itu. Karena malu, hanya sekitar 30 copy yang saya sebar di sekolahan. Hasilnya, ada orang tua yang tertarik dengan kursus privat tersebut. Saya senang tentunya. Setelah berhari-hari menunggu, ternyata orang tua yang tertarik tersebut tidak menghubungi saya. Yah, saya merasa ini adalah kesalahan saya sebab saya tidak sempat meminta kontak orang tua tersebut saat menyatakan ketertarikannya pada kursus privat yang saya tawari. Saya langsung down saat itu juga. Entah kenapa, pada akhirnya saya jadi malas untuk membagikan sisa brosur itu. Dan efeknya, saya memutuskan untuk menghentikan keinginan saya menjadi guru privat.
Keuangan saya sudah menipis. Tabungan yang saya simpan ketika masih bekerja di yayasan sosial, sedikit demi sedikit mengalami penurunan yang derastis. Tak ada pemasukan sama sekali. Ingin minta ke orang tua, rasanya malu minta ampun. Karena keadaan keuangan yang parah, saya sampai harus makan satu kali dalam sehari demi menghemat keuangan. Melihat keadaan saya yang memprihatinkan, adik saya kemudian memberitahukan orang tua tentang keadaan saya. Sebelumnya saya dan adik saya memang tinggal dalam satu kost. Jadi, apapun yang saya lakukan, sebagian besar pasti diketahui oleh dia. Alhasil, saya disuruh pulang kampung. Ingin tahu bagaimana perasaan saya saat itu? Saya merasa sangat malu. Mungkin ini terlihat lebay. Tapi, sesungguhnya itulah yang saya rasakan. Sebab saya pernah bertekad untuk tidak mengharap bantuan keluarga bahkan orang tua sekalipun setelah lulus kuliah dalam bertahan hidup.
Keinginan orang tua saya tolak dengan alasan masih ingin berusaha mencari lowongan kerja. Saya masih tetap bertahan. Pertolongan Allah ternyata sungguh membantu saya. Entah darimana, tiba-tiba ada seseorang yang ingin membeli film yang saya jual. Oh yah, sebelumnya saya pernah bisnis jualan film. Namun, bisnis itu sudah lama tidak saya geluti karena merasa bisnis tersebut semi ilegal. Karena begitu butuhnya akan uang, akhirnya saya melakukan transaksi jual beli film itu kembali terhadap si pembeli film. Hasilnya, saya mendapatkan uang cash sebanyak Rp300.000,-. Alhamdulillah. Oh yah, sebelumnya saya juga berhasil mendapatkan income dari hasil mendesain cover buku seorang ustadz. Dan ditambah dengan uang desain cover itu, akhirnya saya mendapatkan uang hampir Rp500.000,-.
Namun lagi-lagi orang tua memaksa saya untuk pulang kampung. Katanya mama sangat ingin saya pulang supaya saya bisa menggemukkan badan. Selain itu, mama juga sudah lama tidak tinggal bersama saya sebab sejak SMP saya sudah harus berpisah dengan orang tua karena bersekolah asrama. Makin lama dibujuk, karena tdak tahan dipaksa terus, akhirnya saya mengiyakan untuk pulang kampung.
Dan sampai di kampung, sudah dua bulan lebih hampir tiga bulan saya berada di rumah. Dengan aktifitas kosong, saya sempat merasa jenuh dengan suasana dalam rumah. Agar tidak suntuk, mama akhirnya membelikan pulsa di kartu sim supaya dapat digunakan oleh saya untuk berinternet ria. Lama menjelajah dunia maya, akhirnya saya mendapatkan lowongan kerja freelance writer. Saya coba apply pekerjaan tersebut. Dan akhirnya, saya lolos. Jadilah sekarang saya seorang penulis lepas. Dari dulu memang saya suka menulis. Namun, saya kurang menyadari hal tersebut sampai suatu hari akhirnya saya disadarkan oleh aktifitas ngeblog yang saya jalani.
Sebenarnya untuk sampai ke tahap menjadi seorang penulis lepas membutuhkan waktu yang panjang. Saya sempat mengikuti kompetisi blog untuk mendapatkan penghasilan. Namun akhirnya malah tidak menang karena kebanyakan dari kompetisi itu memberi penilaian utama berdasarkan voting pembaca. Sedangkan saya, sangat malu untuk menyebar tulisan saya di media sosial. Yah, lagi-lagi saya harus merasa malu dengan keinginan saya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, saya makin mantap dengan profesi penulis ini. Saya menginginkan diri saya bisa menjadi seorang penulis inspiratif yang dapat memotivasi banyak orang. Saya ingin menjadi penulis profesional yang mampu berkarya sebanyak-banyaknya sampai saya kemudian dipanggil oleh yang Maha Kuasa. Semoga keinginan ini bisa terealisasi. Aamiin.
Dari semua cerita ini, sebenarnya ada pesan yang ingin saya sampaikan. Sejujurnya saya sendiri masih sangat jauh untuk sampai pada tahap menjadi seorang yang inspiratif. Namun, satu hal yang saya percaya. Yakni semua keinginan pada akhirnya akan menjadi kenyataan jika kita berani memiliki keinginan dan bertekad besar untuk mengusahakannya. Saat kerja di yayasan, saya memang masih culun. Masih kaget dengan dunia kerja. Hasilnya, saya hanya dapat bertahan dalam waktu yang singkat walaupun sebenarnya saya sangat suka dengan visi yayasan itu. Untuk yang baru bekerja pertama kali, saya hanya bisa berpesan untuk belajarlah menghadapi keadaan. Kesalahan saya yang pertama adalah saya tidak mampu menghadapi keadaan yang selama ini saya tidak pernah rasakan sebelumnya di yayasan itu. Saya suka dengan yayasannya namun itu tidak cukup untuk membuat kita bertahan. Cintailah semua yang ada dalam yayasan itu. Program-programnya, orang-orangnya, bahkan rutinitasnya harus dicintai agar lebih bergairah dalam bekerja.
Untuk kasus ingin menjadi pengajar privat, saya terlalu cepat menyerah dalam mewujudkan keinginan itu. Baru sedikit saja ada gangguan, saya langsung menjadi down. Yah, ini bisa terjadi karena kurangnya motivasi yang saya dapatkan. Seharusnya, ketika saya tahu bahwa saya gagal, seharusnya saya mencari media yang mampu memotivasi dan menggerakkan saya untuk kembali berusaha. Caranya bisa dengan membaca buku motivasi, menonton film aau video motivasi, atau dengan bercerita kepada teman yang dapat memotivasi kita. Sayangnya kesemua cara itu tidak saya lakukan karena terlalu cepat menyerah.