Pengalaman Kerja Jadi Arsitek di Bandara Mamuju
Harusnya tulisan ini udah lama saya posting. Maksudnya di akhir tahun 2018 lalu, soalnya itulah waktu dimana saya selesai bekerja sebagai Staf Teknis Arsitektur di Bandar Udara Tampa Padang Mamuju.
Kalau postingan sebelumnya saya bahas soal blog, di postingan kali ini saya pengen bahas soal Arsitektur. Walaupun mungkin kalian ngga bener-bener paham seluk beluk kerjaan di bidang ini, tapi disini saya mencoba untuk berbagi pengalaman yang saya dapatkan selama kerja disana dengan bahasa yang semoga dimengerti.
Well, terhitung awal Maret 2018 hingga akhir November 2018 saya bekerja di Bandar Udara Tampa Padang Mamuju sebagai Staf Teknis Arsitektur. Kenapa saya bisa keterima? Silahkan baca disini.
Awal masuk bekerja sebagai staf arsitektur di kantor perhubungan, jujur aja bikin saya deg-degan. Bukan apanya, inilah pengalaman saya pertama kali yang bisa dibilang jadi kaki tangan owner dalam bekerja di bidang konstruksi. Oke, disini saya akan jelasin lagi sedikit biar kalian ngerti.
Jadi di bidang konstruksi itu ada 3 pihak yang mesti jalan beriringan. Ada pihak perencanaan, pihak pengawasan, dan pihak pelaksanaan. Untuk pengertian ketiga pihak ini bisa baca disini.
Kesemua 3 pihak ini, ngga akan jalan kalau ngga ada yang memulai. Mereka mulainya darimana? Tentu dari si owner, alias pemilik (si yang empunya duit). Ibarat dapat orderan belanja, si penjual ngga akan gerak kalo si pemilik ngga ngasih tau maunya beli apa dan ngga punya duit. Ngerti kan?
Nah, posisinya tuh saya disana bukan sebaga perencana, bukan juga sebagai pengawas, apalagi sebagai pelaksana. Melainkan bekerja sebagai kaki tangan owner. Kurang lebih bahasa sederhananya seperti itu.
Owner ngga selalu paham ilmu konstruksi guys. Oleh karena itu mereka butuh pendamping yang bisa membantu mereka untuk menentukan kebijakan yang mesti diambil setiap kali rapat proyek bulanan. Karena kemarin salah satu proyeknya adalah Pembangunan Terminal Bandar Udara Mamuju Tahap 1, yang mana proyek ini jelas adalah bangunan, otomatis si owner ini butuh didampingi dari orang-orang yang punya background sipil, dan juga arsitektur.
Jadilah di tim kami itu si owner yang diwakili oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) ngerekrut staf teknis sipil 2 orang dan staf arsitektur 1 orang (yaitu saya sendiri). Kebayang ngga sih kalian kalo jadi penentu keputusan si owner dalam setiap rapat? Yass, itulah beban yang saya dapatkan.
Sebenarnya ngga seseram itu juga. Haha. Karena saya sangat terbantu oleh 2 teman sipil di tim kami ini. Satunya udah senior banget sipilnya, yang satu masih fresh ilmu sipilnya (fresh graduate). Dan saya, fresh graduate engga, senior juga ngga. Tengah-tengahlah. Haha.
Desain Food Court
Job pertama yang saya terima, karena masih baru banget kerja, adalah disuruh ngedesain food court untuk fasilitas terminal Bandar Udara Mamuju yang sekarang. Ini sih gampang. Haha. Sok banget ya? Padahal pas dijalani ngga seindah yang dibayangkan.
Sepanjang saya ngedesain, selalu aja ada revisi. Setiap ada ide, pasti mesti ditanyakan dulu ke PPKnya. Si doi mau ngga? Yah kalo ngga, jangan dipake. Pokoknya kerjainnya mesti pake mau atau selera si pak PPKnya. Hmm, gimana ya, bebannya si Arsitek itu sebenarnya bukan di bagian ngedesainnya sih menurut saya. Melainkan, beban perbedaan selera dengan si owner. Ada yang menurut kita baik, belum tentu baik di mata owner. Dan apa yang menurut owner baik, yah mau ngga mau kita harus iyakan untuk baik. Haha.
Mungkin saya bisa dibilang arsitek yang labil. Dikit-dikit dikasih tau owner, saya manggut-manggut aja. Walaupun saya udah ngasih tau apa yang saya anggap benar, tapi ujung-ujungnya tetap aja yang maha benar adalah si owner. Untungnya owner atau PPK ini backgroundnya teknik dan lumayan taulah soal bahan bangunan. Jadinya keputusan yang diambil masih tetap aman.
Buat Notulen Rapat
Setelah desain foodcourt selesai, saya udah mulai diamanahkan jadi notulis di setiap rapat proyek. Proyek yang sedang dikerjakan untuk Bandara Mamuju tahun 2018 itu ngga cuma satu guys.
Salah satunya memang pembangunan terminal baru, tapi yang lainnya ada pembuatan taxiway (landas hubung antara landas pacu dan parkiran pesawat), apron (parkiran pesawat), overlay (pelapisan landas pacu), pagar pembatas bandara, belum lagi proyek yang di Bandara Sumarorong Mamasa sana. Pekerjaan di Bandara Mamasa juga tetap dibahas di tempat kami karena bandaranya masih satker dengan yang di Mamuju karena sama-sama Sulawesi Barat.
Kalo udah bahas soal non bangunan, sumpah saya ngerasa kayak orang yang baru pindahan planet. Bahasa sipilnya itu lho guys, susah banget mencernanya. Tapi karena keterusan ikut rapat, jadi mau ngga mau bahasa atau istilah sipil itu ada juga akhKirnya yang saya pahami. Ini benar-benar pembelajaran banget sih. Selesai rapat, kerjaan saya pasti nanya ke teman teknis sipil yang senior soal istilah-istilah sipil tadi.
Revisi Desain dari Konsultan Perencana
Di pertengahan kerja, saya udah mulai disuruh ngerevisi kerjaan dari konsultan perencana sebelumnya. Jadi sebelum saya masuk bergabung jadi bagian kantor Bandar Udara Mamuju ini, segala pekerjaan proyek pembangunan apapun pasti akan direncanakan oleh konsultan perencana (pihak perencana). Termasuk terminal Bandara Mamuju yang baru ini.
Kalo terminal baru ini sih udah ngga perlu diganggu gugat desainnya. Udah oke banget. Cuma desain konsultan yang perlu saya benahi itu untuk kerjaan pembangunan gedung PKPPK (Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran) dan Power House. Ditambah ngedesain baru dari 0 sarana ibadah alias masjid untuk Bandara Mamuju. Kenapa mesti ketiga bangunan ini? Itu karena di tahun 2019 lah rencana pembangunannya akan dimulai. Makanya di 2018 masalah 3 bangunan ini harus selesai.
Untuk pekerjaan gedung PKPPK sama Power House ngga begitu sulit saya kerjain, karena desain sebelumnya dari konsultan perencana sudah ada. Saya hanya merevisi kurang lebih 35% lah dari desain sebelumnya. Kenapa perlu direvisi? Karena desain yang konsultan perencana kerjain sebelumnya belum benar-benar sesuai dengan standar atau pedoman pembangunan fasilitas Bandar Udara yang berlaku saat itu.
Jadi saya mesti tau dulu standar gedung PKPPK seperti apa, kebutuhannya kayak gimana, besaran ruangan standarnya seperti apa. Tentu ini semua mesti saya kroscek antara buku standar pedoman itu dengan orang-orang yang kerja di PKPPK Bandara Mamuju. Begitu juga Power House, saya mesti banyak nanya ke bagian kelistrikan di Bandara Mamujunya.
Desain Sarana Ibadah
Kalo tadi cuma merevisi, untuk sarana ibadah itu lain lagi. Ini rada kompleks permasalahannya. Lahan udah disiapkan, anggarannya juga udah di fixkan, jadinya saya ngedesain sesuai dengan keadaan yang ada. Tentu aja desain yang saya buat berdasar dari standar pembangunan masjid yang ada dan berlaku. Saya cari di internet, alhamdulillah referensinya dapat.
Kendalanya, adalah karena setelah dihitung-hitung material yang akan digunakan termasuk bahan bangunannya itu ngga masuk dengan anggaran yang disiapkan untuk pembangunan masjid. Yah menurut saya sih (pribadi), kesalahannya adalah bukan didesainnya, melainkan di anggaran yang diberikan untuk pembuatan masjid sekelas Bandara Mamuju itu ngga cukup.
Luasan udah sesuai, material yang dikasih tentu aja yang baik dengan harga yang ngga mahal. Tapi setelah dihitung-hitung totalnya, jadinya over budget. Sayangnya saya ngga sempat nyelesaikan revisi RAB untuk proyek ini karena keburu resign. Ada hal penting yang membuat saya resign dari kantor ini.
Pokoknya disini saya banyak banget belajar karena sebelumnya saya belum pernah ngedesain fasilitas Bandar Udara, jadinya mesti nanya sana sini.
—
Sebenarnya masih ada lagi sih kerjaan-kerjaan kecil yang saya lakuin selama kerja di Bandara Mamuju. Seperti ngerevisi RAB dan bikin redesain kantor Tampa Padang Mamuju yang lama. Tapi mungkin kalo ada kesempatan, khusus untuk kerjaan desain di Bandara Mamuju akan saya satukan. Pokoknya lengkap dari struggle yang saya hadapin sampe akhirnya ketemu solusinya seperti apa. Nanti saya kasih tips juga! Soalnya kalo mau dibahas di postingan ini kepanjangan. Menurut kamu gimana? Butuh ngga cerita pengalaman ngedesain selama kerja di Bandara Mamuju?
Ditunggu masukannya di kolom komentar.
Keep in touch with me
Instagram : @suryanipalamui
|
Kang Nata
Prokkk.Prokkk.Prokkkk, saya kasih tepuk tangan dulu buat Mbak Yani…. 🙂
Selamat yach Mbak sudah sukses mengerjakan Project-nya.
Jujur….. saya suka sekali tulisan kayak gini , sebab bisa mengedukasi saya yang masih bodoh ini.
Tapi mohon dan kalau bisa dibuatkan juga artikel tentang, standar bangunan, dan standar2 lainnya.(*standar mencari calon imam, jangan dibuat, ntar banyak yang pedekate, hehehe* )
Kalau seandainya ada yang mau buatkan gambar untuk membangun rumah, kira2 standar komisinya berapa yach ?
Mohon kabarnya jika ada artikel yang seperti ini lagi. Okeh….
Sekali lagi artikelnya sungguh bermanfaat sekali, terutama buat saya yang tak mengenal ilmu bangun membangun. 🙂
Suryani Palamui
Wah haha. Kang Nata bisa aja. Nanti deh bakal saya bikin postingan standar jasa biro konsultan Arsitektur, dan kalo mau bangun rumah itu bisa berapaan. Nanti dikunjungi yah. Hehe.
Pingback: Hadiri Acara Deklarasi Netizen 2018 di Gedung MPR, Kenapa Tidak? – Suryani Palamui
Giovani
Mantap…….. bermanfaat buat Fresh Graduate….
Suryani Palamui
Alhamdulillah 🙂