KBA Dasan Cermen Jadi Wisata Edukasi di Lombok, Ini 7 Hal Mengagumkan yang Saya Temui dari Tur Ini
Kamis, 14 November 2019 saya berkesempatan hadir di acaranya Astra bersama teman-teman media dan blogger Lombok dalam rangka berkunjung ke Kampung Binaan Astra (KBA) Dasan Cermen di Jl. Paica Sari Dasan Cermen, Sandubaya, Mataram.
Jujur aja ikut serta dalam acara ini ngebuat saya begitu sangat bersemangat karena selain saya bisa mengenal teman-teman media dan blogger Lombok, saya juga bisa jalan-jalan ke tempat yang katanya merupakan desa wisata edukasi. Pas banget akhir-akhir ini saya emang butuh bahan tulisan seperti ini untuk dipajang di blog. Hehe.
Sebelum saya jauh membahas mengenai hal-hal inspiratif atau hal-hal mengagumkan apa saja yang saya temui dan dapatkan dalam tur ke KBA Dasan Cermen, saya pengen ngasih tau nih sedikit mengenai ASTRA.
Mengenal ASTRA di Mataram
Jadi, Astra atau yang dikenal dengan Astra International ini adalah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang otomotif, jasa keuangan, alat berat, agribisnis, teknologi informasi, dan infrastruktur yang bermarkas di Jakarta, Indonesia.
Di Mataram sendiri, ada 8 anak perusahaan Astra yaitu Astra Honda Motor, FIF (Federal International Finance) Group yang bergerak di pembiayaan motor, ACC (Astra Credit Companies) yang bergerak di pembiayaan mobil, Asuransi Astra Buana untuk asuransi mobilnya, Bank Permata, TRAC Astra untuk sewa/ rental mobil, Astragraphia yang bergerak di Xerox, dan United Tractors.
Astra sendiri memegang empat pilar di perusahaannya, yaitu Astra Sehat (Kesehatan), Astra Kreatif (UMKM), Astra Hijau (Lingkungan), dan Astra Pintar (Pendidikan). Tiap pilar ini tentu punya program masing-masing. Adapun salah satu program yaitu KBA (Kampung Berseri Astra) ini.
Pagi-pagi sebelum jam 8 saya udah berangkat ke Hotel Santika Mataram yang menjadi titik kumpul sesuai arahan tim Astra. Saya ngobrol dengan teman-teman blogger dan media, hingga ngga lama kemudian, datanglah bus menjemput kami untuk dibawa ke KBA Dasan Cermen. Jarak tempuhnya ngga panjang, sekitar 5 km sehingga memakan waktu sekitar 10 menit-an.
Disambut Atraksi Gendang Beleq
Tiba di Dasan Cermen, saya dan teman-teman media juga blogger disambut Tari Gendang Beleq yang merupakan atraksi musik tradisional khas Lombok dari suku Sasak. Asal kata Gendang berasal dari bunyi gendang itu sendiri, sementara Beleq berasal dari bahasa Sasak yang artinya besar. Jadi, arti Gendang Beleq secara keseluruhan adalah Gendang Besar.
Tahu ngga guys, ternyata tarian Gendang Beleq ini dulunya dijadikan penyemangat prajurit lho, baik yang pergi maupun pulang dari berperang. Tapi sekarang Gendang Beleq ini udah digunain sebagai musik pengiring dalam upacara adat seperti upacara pernikahan, sunatan, aqiqah, dan lainnya.
Melihat Pertarungan Peresean, Tradisi Adu Jantan Sasak
Setelah menyaksikan pertunjukan Gendang Beleq, selanjutnya kami menyaksikan pertarungan Peresean, yakni pertarungan antara dua orang laki-laki yang bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) dan berperisai kerbau tebal dan keras (perisai disebut ende).
Dulunya, Peresean ini digelar untuk ngelatih ketangkasan suku Sasak dalam mengusir para penjajah. Selain itu, Peresean ini juga dilakukan sebagai bentuk upacara meminta hujan bagi suku Sasak di musim kemarau. Tapi sekarang, Peresean hanya digelar untuk menyambut para tamu atau wisatawan yang berkunjung ke Lombok.
Adapun aturannya, para pepadu ini ngga boleh memukul anggota badan bagian bawah (kaki/ paha). Tapi, mereka boleh memukul anggota badan bagian atas seperti kepala, pundak, dan punggung. Sambil bertarung, mereka diiringi musik dari gong, sepasang kendang, rincik atau simbal, suling dan kanjar.
Mengenal 4 Pilar di KBA Dasan Cermen
Dalam sambutannya, koordinator KBA Dasan Cermen ngomong ke kita peseerta yang hadir bahwa awalnya kelurahan Dasan Cermen ini begitu kumuh. Bahkan ketika Astra masuk di tahun 2016, mereka bingung akan potensi Dasan Cermen ini sendiri karena ngga ada objek yang bisa diangkat sama sekali untuk menjadi area wisata.
Bayangin aja, secara alam Dasan Cermen ngga punya pemandangan alam yang bagus, bahkan pantai-pun ngga ada. Sehingga mereka waktu itu harus benar-benar memikirkan potensi apa kira-kira yang bisa diangkat ketika Astra masuk.
Akhirnya setelah mencari-cari, tercetuslah KBA Dasan Cermen ini menjadi wisata edukasi di Lombok yang bisa dikunjungi mulai dari anak-anak SD hingga mahasiswa yang ingin belajar ataupun melakukan penelitian. Intinya, Dasan Cermen menjadi salah satu wisata bagi para pelajar.
Adapun wisata edukasi yang menjadi potensi Dasan Cermen ini terbagi menjadi empat pilar yaitu Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan, dan Ekonomi/ Kewirausahaan. Dimana, lokasi yang digunakan merupakan tanah milik masjid. Insya Allah kelak potensi wisata edukasi ini katanya ngga akan dialihfungsikan dan tetap continue karena menggunakan sistem sewa, dan hasil sewanya masuk ke masjid.
Pilar Pendidikan
Masuk di pilar pendidikan, saya dan teman-teman media juga blogger diajak mengunjungi TK Edelweiss yang bersinergi dengan BKB (Bina Keluarga Balita). Karena sinerginya tersebut, maka PAUD ini juga disebut PAUD HI (Holistic Integrative) yang membina anak-anak mulai usia 0 sampai 6 tahun.
Jadi ketika anaknya masuk dan bermain, nantinya si ibu akan di-parenting. Bukan hanya ibu lho, tapi juga kakek, nenek dan anggota keluarga lain siap untuk di-parenting. Parenting maksudnya disini ialah pembelajaran yang berhubungan dengan anak usia dini tersebut. Keren ngga sih?
Pilar Kesehatan
Untuk di pilar kesehatan, kami mengunjungi Poskesdes Dasan Cermen. Posyandu ini, di 13 Juli 2019 baru menyasar para remaja usia 10-18 tahun. Adapun bentuk pembinaannya seperti pengecekan tinggi badan, berat badan, dan darah. Mereka juga turut mensosialisasikan tentang kesehatan remaja khususnya narkoba, dll.
Sementara di program lain, mereka ada kelas ibu hamil lho! Totalnya ada 4 kali pertemuan. Untuk pertemuan pertama yang dilakukan di tri semester pertama, itu ada penyampaian materi tentang ibu hamil dan kelas senam hamil juga. Di pertemuan kedua, masih tentang kelas ibu hamil dan senam hamil, namun ditambah dengan info gizi.
Di pertemuan ketiga, masih ada materi tentang gizi, ditambah dengan materi cara menyusui untuk ibu hamil setelah melahirkan, tak lupa dengan senam hamil juga. Intinya sih di setiap pertemuan ada kelas senam hamilnya. Adapun di pertemuan keempat, ada materi mengenai masa nifas dan gizi setelah melahirkan.
Untuk di pertemuan ketiga dan keempat, disarankan ada suami siaga yang mendampingi. Kelas hamil ini dilakukan setiap hari Jumat, dan diikuti oleh ibu dengan usia kandungan 32 minggu keatas, atau menjelang persalinan agar melatih otot dan ketika persalinan gampang untuk melahirkan.
Dari yang disampaikan oleh ibu Poskesdes, Astra banyak men-support kegiatan mereka dan begitu kooperatif di Dasan Cermen. Bahkan untuk kelas balita sendiri, merupakan program inovatif dari Astra sendiri.
Pilar Lingkungan
Masuk di pilar lingkungan, Dasan Cermen ternyata sudah memiliki bank sampah meskipun sarananya masih kurang memadai. Disini mereka juga dibantu buku tabungan untuk warga masyarakat dengan kurang lebih 70 kepala keluarga yang sudah memiliki tabungan, dan itu sudah diatas 5 juta rupiah.
Tahu ngga, di tahun 2012 ternyata Dasan Cermen ini masuk dalam red list sebagai kelurahan yang kumuh lho. Tentu mandapat masukan seperti itu, kelurahan ini perlu untuk dirapikan baik di penataan dan di sanitasinya. Alhamdulillahnya, ketika Astra masuk, Dasan Cermen akhirnya sudah tidak kumuh lagi. Tentu ini berkat bantuan Astra.
Pilar Ekonomi/ Kewirausahaan
Yang terakhir itu pilar ekonomi atau kewirausahaan, dimana di pilar ekonomi ini mereka mencoba untuk mengupayakan dan membangkitkan kembali yang namanya KEP yakni Koperasi Ekonomi Pertanian sebab mata pencaharian penduduk di Dasan Cermen tidak jauh dari sektor jasa dan pertanian.
Tapi dengan adanya hal ini ngga membuat mereka menutup kemungkinan untuk wisatawan hadir di tempat mereka demi mengetahui bagaimana tata cara bertani, beternak dan seterusnya.
Kemudian dengan KEP tersebut, mereka membuat kumpulan potensi lokal, pangan lokal, hingga kerajinan yang bisa disatukan dari kelurahan Dasan Cermen. Selain itu mereka juga siap untuk kerjasama dengan tempat lain jika ada tawaran yang masuk.
Ternak Lele Dengan Makanan Ikan Sapu Sapu
Di Dasan Cermen ini ada kolam lele. Nah kolam lele yang masuk di pilar ekonomi, ini ternyata punya keunikan tersendiri. Biasanya, lele itu makannya adalah bangkai ayam atau kotoran kan?
Tapi untuk di Dasan Cermen sendiri, pakan lelenya adalah ikan sapu sapu yang punya protein tinggi. Mungkin karena itulah pas ke kolam lele ini saya dan teman-teman ngga begitu mencium aroma yang ngga enak dan menyengat. Bahkan dari segi ekonomi pun, mereka ngga perlu membeli pakan lele lagi karena ikan sapu sapu ini bisa dicari di alam.
Ternak lele ini sendiri berdiri di tahun 2011 di Kelurahan Dasan Cermen. Untuk produksinya sendiri di tahun 2018, bisa memuat sampai sebesar 16,48 ton per tahunnya. Sementara untuk luasan, lokasi ternaknya sekitar 3000 m2, yang mana merupakan lokasi tanah milik masjid yang disewa.
Sistem pembesaran lele ini ngga 100% menggunakan pakan butiran atau yang dikenal dengan istilah pelet. Mereka hanya diawal saja menggunakan pelet. Tapi setelah berumur 2 minggu atau 3 minggu, mereka menggunakan ikan sapu sapu sebagai pakannya sampai selesai panen dengan jangka waktu pemeliharaan antara 2 sampai 3 bulan panen.
Tahu ngga sih, ternyata penghasil lele di kota Mataram yang terbesar itu di Dasan Cermen lho. Sayangnya kebutuhan lele yang sangat tinggi di kota Mataram ini belum sebanding dengan tingkat produksinya yang masih rendah. Sehingga kelompok ternak lele disini banyak dibantu oleh komunitas lain.
Bayangin yah, dalam 100 m2, mereka memasukkan ikan lele pada tebarnya itu sekitar 100 ekor. Jadi, dengan kolam lele 3m x 3m yang mereka punya, artinya lele yang ada itu sekitar 900 ekor. Tapi biasanya karena sudah tau triknya, akhirnya untuk kolam 3m x 3m tadi bisa muat sampai 2000 ekor. Waktu produksinya pun juga ngga lama sekitar 2 bulan. Keren ya.
Ternak Ayam dan Itik yang Sangat Menghasilkan
Namanya ternak ayam “Istiqamah”. Ternak ayam yang ada di Kelurahan Dasan Cermen ini berdiri atas musyawarah warganya pada 8 Desember 2013. Usaha yang dikelola oleh 16 orang ini alhamdulillah bisa menghasilkan populasi ayam sekitar 900 ekor. Terdiri dari Ayam Betet, Ayam Kampung, Ayam Kampung Super, dan Ayam Joper kiriman dari Jawa Super.
Uniknya, waktu kami teman-teman blogger dan media berkunjung kesini, mereka melakukan percobaan penyilangan antara Ayam Arab dengan Ayam Kampung Super. Kebetulan untuk sekarang mereka sedang mencoba menetaskan sendiri dengan bibit DOC (Day Old Chicken), yakni anak ayam berumur di bawah 10 hari yang digunakan sebagai bibit untuk ternak ayam ras potong/ pedaging.
Untuk ternak itiknya sendiri, kelompoknya sekitar 3000 ekor. Saat ini hanya telurnya saja yang di-suply, dan memang di tempat ini masih khusus bebek petelur. Sehari mereka bisa menghasilkan 1000 telur lho. Nantinya telur tersebut dijajakan di wilayah Ampenan.
Terdapat Pohon Cermen Untuk Telur Asin dan Abon Lele
Keunikan lainnya dari Dasan Cermen ialah dari nama Cermen ini yang filosofinya dari Pohon Cermen yang ada di tempat tersebut. Kalian biasa ngga sih ngerasa telur asin atau abon itu suka amis? Nah, di Dasan Cermen tuh buah cermennya bisa digunain untuk telur asin dan abon lele karena berfungsi sebagai penetralisir sehingga telur dan abon ini tidak terlalu amis. Rasanya beda deh pokoknya.
Mengenal Sosok Inspiratif Pemenang Satu Indonesia Award Astra 2013 dari NTB
Sebelum balik ke rumah masing-masing, saya dan teman-teman media/ blogger sempat mampir ke rumah makan Langko untuk makan siang bersama. Disinilah momen kita dikenalin sama pemenang Satu Indonesia Award 2013 Astra dari NTB. Beliau adalah Pak Marwan Hakim yang menjadi pemenang di kategori pendidikan.
Pak Marwan yang menjadi pemenang ini, punya Pondok Pesantren di Lombok Timur. Beliau berbagi cerita bagaimana dulu ia mulai berkegiatan di desa terpencil Aik Prapa, desa yang berbatasan langsung dengan taman nasional gunung rinjani. Dari kota kecamatan cukup jauh, sekitar 6 sampai 7 km.
Pada saat itu fasilitas penunjang terutama insfrastruktur sangat menyakitkan. Listrik sudah ada dan masuk di tahun 2010 tapi untuk fasilitas pendidikan, sejenjang lebih tinggi dari SD itu tidak ada. Padahal jumlah penduduknya ada sekitar 4000-an jiwa, tapi ngga ada yang sarjana termasuk beliau.
Pak Marwan sendiri pada akhirnya pun sebenarnya tidak bisa menyelesaikan sekolah waktu beliau kelas 3 SMA, karena ada masalah oleh guru beliau waktu itu. Sehingga untuk menyelesaikan SMA-nya, beliau mengambil paket C.
Karena menurut beliau pemerintah pada saat itu ngga melaksanakan amanah undang-undang, akhirnya beliau merintis pendidikan non formal di tahun 2002 sampai 2004 pada awalnya. Nah, di 2004 ini pemerintah meminta beliau dan tim untuk mengumpulkan anak-anak yang putus sekolah.
Ngga lama dari situ, akhirnya mereka membuat sekolah. Dengan segala kekurangan yang dimiliki, dengan kurang infrastruktur, serta dengan kurangnya sumber daya manusia, mereka tetap maju untuk membuat sekolah.
Tahun 2004 dibuka SMP, di 2009 dibuka SMA juga SD-nya, dan di 2017 barulah dibuka pondok pesantrennya yang berupa yayasan, dan bergerak di 3 pilar yaitu berdakwah, pendidikan formal informal, dan sosial.
Di tahun 2012, teman-teman dari UIN Jogja datang ke tempat mereka untuk mereview kondisi masyarakat di area pinggir kawasan. Jujur saja kondisinya begitu memprihatinkan karena Pak Marwan sendiri sampai 2 kali bolak balik antar jemput guru. Hal ini karena ada guru yang ngga bisa naik sepeda motor.
“Jadi pagi-pagi itu saya ngojek, kesana kemari untuk mengantar.” kata Pak Marwan.
Tanpa diduga, teman yang kuliah ini mendapatkan kecelakaan, sehingga harus tidur di pembaringan beberapa minggu. Ngga lama, teman tersebut mendapat informasi tentang program Astra. Kemudian diceritakanlah kepada Pak Marwan bagaimana program yang ada.
Profil Pak Marwan kemudian diangkat, sehingga si teman ini bilang ke Pak Marwan, “Kalau ada yang kontak dari Jakarta nanti angkat ya.” Pak Marwan pun menegaskan siap.
Alhamdulillah akhirnya ada kabar dari Astra waktu itu, karena dikontak oleh panitia bahwa Pak Marwan masuk 50 besar dari 1606 pendaftar. Ketika diseleksi lagi, masuklah beliau di 20 besar hingga bisa diundang ke Jakarta.
“Saya sangat bersyukur waku itu Astra sangat mengapresiasi apa yang saya rintis, dan diberikan penghargaan di tahun 2013. Sejak itu saya juga berkali-kali diajak untuk sharing keluar seperti ini, termasuk ke Papua.” ungkap Pak Marwan.
Beliau melanjutkan, “Komitmen Astra selaras dengan apa yang saya lakukan yaitu ingin menggali potensi. Dan astra juga serius memberikan kontribusi CSR-nya untuk membina kita terutama anak-anak muda waktu itu. Alhamdulillah di media nasional juga saya pernah hadir diundang oleh Andy F Noya, hingga pernah bekerjasama dengan Tasya Kamila dalam pembuatan film bertema pendidikan.”
Menutup cerita inspiratif ini, beliau menyampaikan bahwa kini Pondok Pesantren yang beliau rintis ini baru saja membuka kelas keterampilan. Beliau secara pribadi bahkan mendapat amanah untuk menjadi Ketua Ikatan Pondok Pesantren Indonesia (IPPI) untuk cabang Lombok Timur.
“Harapan saya kepada teman-teman media, sebenarnya masih banyak yang lebih daripada saya. Silahkan turun, buktinya hampir tiap hari saya didatangi teman-teman yang ingin bikin sekolah, yang ingin bikin pondok. Ini membuktikan bahwa masih banyak orang yang peduli dengan dunia pendidikan.” Pak Marwan mengakhiri ceritanya.
#KitaSATUIndonesia
#IndonesiaBicaraBaik
#NTBBicaraBaik
#LFAAPA2019MATARAM
pungkas
paling bener memang bikin desa wisata itu seperti ini, ada banyak produk turunannya. mulai dari pusat oleh-oleh hingga wisata edukasi yang tidak hanya menonjolkan lokasi wisata saja.
Suryani Palamui
Iya aku juga sepakat banget sama mas Pungkas. Semuanya bisa ditelusurin, dijelajahin, bahkan sangat mengedukasi banget kan ya? Apalagi untuk belajar wirausaha juga bisa banget dengan main-main ke Dasan Cermen ini 🙂
Andrie Kristianto
Wahhh memang keren masyarakat disini, sudah sangat inovatif dengan memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada lalu diubah menjadi usaha usaha yang dapat membantu keluarga atau masyarakat luas. Astra memang bagus sekali untuk hal seperti ini, bahkan saat KKN juga ada desa yang didukung astra untuk bisa maju dan berkembang, dan desanya pun berkembang bersama masyarakatnya.. Keren keren dari hal ini bisa jadi inspirasi yang baik untuk kita semua
Suryani Palamui
Bener banget mas. Memang banyak hal inspiratif yang bisa kita amati dari tempat ini. 🙂