I

Alienum phaedrum torquatos nec eu, vis detraxit periculis exs, nihil expetendis in mei. Mei an pericula euripidis, hinc partem ei est. Eos ei nisl graecis, vix aperiri consequat

/ Lifestyle / Jatuh Cinta Dengan Komunitas

Jatuh Cinta Dengan Komunitas

OMG! Pelan-pelan komunitas mulai mendominasi hidupku. Dan ini adalah suatu bentuk kesyukuran luar biasa di usiaku yang menginjak seperempat abad ini. Dulu, waktu masih jaman kuliah, boro-boro berkomunitas. Berpikir untuk aktif di organisasi saja ogah. Yah, dulu saya sempat bertanya-tanya sendiri dalam hati, “Untuk apa sih berorganisasi? Untuk apa sih kita capek-capek ikut ekstrakurikuler kalau ujung-ujungnya yang nempel di ijazah itu hanya nilai akademik?” Sumpah, andai bisa mengulang waktu, saya mau balik ke masa itu, dan bilang sama Yani yang dulu, “Heh Yani, berorganisasi itu penting! Kesuksesan kamu di masa depan akan lebih banyak dipengaruhi oleh organisasi. Ampun deh!”
Dari kecil, saya sudah dituntut oleh kedua orang tua untuk sering berprestasi di sekolah. Yah, walaupun tidak menjadi 3 yang terbaik, setidaknya saya sering mendapat ranking 10 besar. Dan hal ini terbawa hingga saya menginjak bangku kuliah. Dulu waktu sekolah SD sampai SMA, kegiatan ekstrakurikuler atau organisasi itu menurut saya tidak penting-penting banget. Karena, nilai kegiatan ekstrakurikuler tidak digabung dan diakumulasi dengan nilai akademik. Kalau nilai akademik diartikan dengan angka yang kalau dijumlah semakin banyak semakin dikatakan pintar, beda halnya dengan nilai ekstrakurikuler yang cukup diartikan dengan huruf A B, dan pengaruhnya di rapor itu hampir tidak ada sama sekali. Ujung-ujungnya yang dinilai pintar dan berprestasi itu adalah yang jumlah nilai akademiknya paling tinggi diantara seluruh siswa, yang jago naik ke depan menjawab soal, dan rajin kerjakan PR. Saya hampir tidak pernah menemukan ada siswa yang berprestasi di organisasi bisa mendapatkan apresiasi dengan cara yang baik oleh guru-guru. Ini sepengamatan saya lho.
Sampai akhirnya kuliah, saya masih berpaham kolot seperti itu. Yang penting IPK tinggi, yang penting selalu duduk paling depan, yang penting rajin setor tugas. Titik. Yah, sudah jelas dipastikan, hasilnya saya pernah berhasil manyabet IPK tertinggi diantara teman-teman. Bahkan, saya termasuk mahasiswa yang paling pertama menyelesaikan mata kuliah KP (Kerja Praktek) dan KKN (Kuliah Kerja Nyata) dibandingkan teman-teman angkatan saya. Dan juga, saya akhirnya menjadi salah satu mahasiswa di angkatan kami yang lebih dulu masuk studio perancangan (khusus jurusan Arsitektur). Di studio perancangan ini, kami angkatan 2009 berjumlah 4 orang. Sementara teman kami lainnya yang sestudio dengan kami, adalah senior semua. Keren kan? Haha. Iya, keren menurut Yani yang dulu. Kalau sekarang, saya memandangnya dengan cara yang berbeda. Menurut saya percuma IPK setinggi langit kalau pengalaman kita dalam berorganisasi dan berkomunitas kurang.
Kapan akhirnya saya sadar? Wiih panjang ceritanya. Di akhir-akhir saat kuliah, saya mulai jatuh cinta dengan event. Saya suka hadir di event yang bertemakan pengembangan diri atau motivasi. Maklum, dulu motivator berjamuran. Nah, mulai dari situ, yang awalnya hanya suka event pengembangan diri, lama-lama akhirnya bisa suka dengan event di bidang lain. Kepuasan yang saya temukan dalam sebuah event adalah ketika saya banyak mendapatkan informasi baru, dan saya bisa men-share-nya ke blog. Sekalian itu juga bahan ngeblog sih, karena dulu suka bingung mau tulis apa. Selain itu, saya merasa menjadi orang yang punya banyak topik untuk dibicarakan dengan orang lain. Merasa paling update dari yang lain kalau lagi diskusi. Hihi. Oh yah, by the way dulu sebelum saya suka menghadiri event, saya orangnya kuper dan sangat tertutup. Teman bisa dihitung jari, sangat sedikit dan itu-itu saja. Itupun saya akhirnya menyatakan diri untuk suka dengan event karena tidak disengaja. Adalah ceritanyaa, kalau dicerita bisa bikin baper. 😌
Mulai suka hadir di event-event, lama-lama akhirnya gabung di komunitas. Komunitas pertama yang saya masuki adalah komunitas Kaskus. Awalnya hanya jadi silent reader disana, terus tidak lama jadi aktif di forum Kaskus terutama forum Regional Makassar. Lama-lama, lanjut ke kopdar deh. Itupun saya menghadiri kopdar karena terpaksa awalnya. Saya harus memberanikan diri untuk hadir di kopdar Kaskus karena saya ingin mengambil keuntungan dari agenda kegiatan mereka yang dikenal dengan istilah masak-masak (istilah barteran film sesama warga Kaskus). Nah, karena memang hobi download, nonton, bahkan punya bisnis film, saya merasa beruntung bisa gabung dengan kegiatan mereka. FYI, bisnis jualan film saya itu dalam bentuk softcopy. Bisnis ini memang sangat menguntungkan. Saking menguntungkannya, orderan saya bisa jauh sampai ke Bali. Pas forum film Regional Makassar akhirnya resmi dibuka dan mengagendakan kopdar, saya berpikir, daripada capek-capek download film, mending berteran film saja sama anak Kaskus. Dan hasilnya, memang film-film yang dikoleksi oleh anak-anak Kaskus levelnya sudah tingkat dewa man! Mereka punya filmnya sampai berhardisk-hardisk. Saya yang copy film punya mereka sampai tidak punya space lagi di laptop dan hardisk. Ampun deeh. Haha. Eh, jadi bahas film. Sorry.
Saya yang Pake Kerudung Putih lagi Sikat Film-Film Agan Kaskuser
Gathering Perdana Forum Movie Kaskus Makassar
Pokoknya semua bermula dari Kaskus. Saya akhirnya jadi akrab dengan beberapa anak kaskuser Makassar. Sayangnya karena kesibukan mengejar sarjana waktu itu, saya hampir tidak ada kesempatan lagi gabung dengan mereka. Sampai akhirnya saya diterima kerja di luar kota Makassar hingga Desember 2016 kemarin, saya tidak ada waktu untuk gabung di komunitas. Ya iyalah tidak ada waktu, wong kerjanya di luar kota. Hehe.
Tamparan keras saya rasakan saat saya mulai bekerja di Batam. Disitu saya sering mendapat teguran dari bos. Tiap hari malah. Kata-katanya yang sering keluar, “Proaktif dong Yan! Jangan diam saja!” Sumpah, saya sampai bosan dengar kata-kata itu keluar. Lanjut kerja di Ambon, saya dituntut lagi untuk proaktif. Yang lebih menyiksa saya, karena saya harus rajin berkoordinasi dengan tukang dan mandor di proyek. FYI again, proyek yang saya kerjakan di Ambon kemarin adalah proyek Rusun TNI Maluku. Untuk 1 bangunan Rusun TNI, jumlah tukangnya bisa mencapai 50-an. Nah ini, saya malah disuruh koordinasi dengan tukang dan mandor di 5 Rusun. Mana saya ngga stres? Bayangkan orang yang tidak gaul, pendiam dan pemalu kayak saya harus koordinasi dengan tukang sebanyak itu. Berkoordinasi dengan seluruh teman-teman kelas saya saja, saya tidak sanggup. Huhu. Tapi disitulah saya belajar. Saya tidak mau terus-terusan jadi patung begitu. 😔  Saya tidak mau jadi orang yang gampang diremehkan. Saya harus terus bertumbuh. Bertumbuh bukan hanya dari segi pengetahuan, tapi juga dalam bentuk sosialisasi. Cara sosialisasi saya harus saya perbaiki. Inilah yang membuat saya menyesal dan sangat menyesal kenapa tidak dari dulu terlibat di organisasi dan komunitas. Keterlibatan saya di organisasi hanya sebatas nama. Paling hadir rapat sedikit-sedikit. Yang penting absen muka.
Makanya, setelah saya di Makassar sekarang, yang namanya komunitas saya hantam semua. Haha. Sampai saya terlibat bersama teman di media publishing event namanya Makassar Event. Saya sama sekali tidak mengharap materi yang banyak dari media itu. Poinnya adalah, saya ingin membangun pertemanan yang seluas-luasnya. Dan Makassar Event adalah salah satu jalan menuju impian saya itu. Iyah, impian. Impiannya untuk menjalin pertemanan yang luas. Karena saya dulu tidak pernah membayangkan kalau saya itu nantinya akan bisa punya banyak teman. Dulu yang ada di pemikiran saya, setelah lulus kuliah, dapat kerja, nikah, punya anak, punya cucu, mati. Stop disitu. Tapi sekarang, saya punya impian yang banyak salah satunya bisa aktif dan membawa pengaruh yang baik untuk komunitas-komunitas khususnya yang ada di Makassar. Semoga kesampaian. Aamiin.
Alhamdulillah, terhitung sejak akhir Desember 2016 kemarin hingga hari ini, saya sudah tergabung dalam komunitas Blogger Anging Mammiri, Pecandu Aksara, Sahabat Muda, IYOIN, dan Rumah Belajar Smart. Dan kesemua komunitas tersebut membuat saya menjadi orang yang semakin bertumbuh. Banyak dapat teman baru, sampai rejeki juga jalan melalui komunitas-komunitas tsb. Pokoknya, I love community. 😊

Comments

Post a Comment