I

Alienum phaedrum torquatos nec eu, vis detraxit periculis exs, nihil expetendis in mei. Mei an pericula euripidis, hinc partem ei est. Eos ei nisl graecis, vix aperiri consequat

/ Lifestyle / Curcolku Selama di Ambon

Curcolku Selama di Ambon

Detik-detik terakhir di kota Ambon. Aku ingat banget pertama kali kesini tanggal 16 Agustus 2015. Kalau ngga karena diajakin kerja sama temenku Dea di Waskita, mungkin aku ngga akan nginjak kota ini. Masih awal-awal di Ambon penampilanku masih pas-pasan, untuk dandan aja ngga tau, bahkan untuk ngeluarin duit buat manjain diri aku sendiri itu susahnya minta ampun. Yah maklum, kehidupan waktu aku kuliah beda banget dengan pas udah kerja. Selama kuliah ngga pernah beli pakaian-pakaian bagus. Itu sih masih mending. Yang bikin ngenes, masih syukur banget kalo aku bisa makan dua kali dalam sehari pas jaman kuliah. Jujur aja, aku banyak nemu pembelajaran dan ngalamin proses disini.

Pembelajaran yang aku maksud disini bukan tentang kerjaan aku selama di Waskita. Yah walaupun memang aku belajar dari awal lagi karena posisi yang semestinya drafter berubah jadi bagian logistik. Tapi pembelajaran yang aku dapat lebih ke nilai-nilai kehidupan. Pembelajaran paling penting banget yaitu bersyukur. Dengan masuk ke dunia kerja, apalagi di sebuah perusahaan kontraktor terkece di Indonesia yaitu Waskita Karya, cieeh terkece. Ehm. Alhamdulillah banget penghasilanku sangat lumayan dan akhirnya bisa kubagikan ke keluarga, untuk tabungan masa depan, bahkan untuk manjain diri aku sendiri. Untungnya aku dikasih kehidupan yang ngga enak pas kuliah sama Allah. Andaikan hidupku enak-enak aja saat itu, aku ngga yakin bisa sebersyukur ini sekarang.

Bersama Keluarga Besar Waskita Karya Proyek Rusun TNI Maluku di Pantai Ora Maluku
Aku belajar di lingkungan baru, yang menurut aku benar-benar mengubah caraku bersosialisasi dengan orang-orang. Aku anaknya pendiam, pemalu, yah mungkin kuperlah istilah kasarnya. Tapi sejak gabung di Waskita khususnya di bagian logistik, aku mau ngga mau harus bersosialisasi dengan banyak orang. Mulai dari mandor, pelaksana, surveyor, ksdm, adkon dll. Yah intinya aku kerja mesti konek dan trus komunikasi setiap hari sama orang lapangan, dan yang di kantor juga. For your information, proyek yang ditanganin oleh kami adalah Proyek Rusun TNI Maluku, dengan rusun sebanyak tujuh bangunan. So, bisa bayangin sendiri sebanyak apa pekerja-pekerja yang mesti aku hadapi setiap hari. Secara, posisiku adalah yang mengontrol bahan material untuk kelangsungan proyek. Intinya aku jadi belajar supel sama orang-orang.

Sempat ngalamin cinta-cintaan, bahkan berselisih paham sama temen sendiri. Gara-gara itu aku ngerasa up and down selama beberapa waktu. Begitulah proses. Aku memaknai semua itu adalah pembelajaran yang membuatku semakin dewasa. Karena semua itu aku jadi lebih tahan banting dari yang sebelumnya. Cobaan yang ngga enak dateng, tapi kebahagiaanpun ikut dateng. Kebahagiaan terbesar ialah aku jadi punya keluarga baru yaitu Kak Elga (Sekretaris Kepala Proyek) dan Pak Marsal (Kepala Bagian Logistik Peralatan). Mereka udah seperti keluarga deket banget. Dan itu ngga bisa ditukar dengan apapun. Besok akhirnya aku harus ninggalin kota yang pastinya akan ngangenin ini karena kerjaan disini udah selesai. Sedih sih. Tapi yah gimana lagi, hidup yah hidup. Aku ngga mungkin stop disitu-situ aja. Aku mesti ngelaluin jalan yang udah ada didepan mata. Dan jalan itu, bukanlah di kota Ambon. Aku berdoa apapun jalan yang aku pilih, semoga itu yang benar-benar terbaik buatku, dan pastinya semoga aku terus berada didalam lindungan-Nya. Aamiin.

Aku, Kak Elga, dan Pak Marsal, baca: Keluarga Sakinah 🙂

Love Ambon, never forget all of memories in here..

Post a Comment