I

Alienum phaedrum torquatos nec eu, vis detraxit periculis exs, nihil expetendis in mei. Mei an pericula euripidis, hinc partem ei est. Eos ei nisl graecis, vix aperiri consequat

/ Productivity / Cara Menghadapi Masalah

Cara Menghadapi Masalah

Bagaimana cara menghadapi masalah? Ini adalah pertanyaan yang cukup sulit menurut saya. Jujur saja, saya di titik ini masih merasa sulit ketika menghadapi masalah saya sendiri. Tak bisa dipungkiri, bahwa masalah akan terus bermunculan dan tumbuh seiring berjalannya waktu. Sebagai manusia yang masih terus belajar, masalah adalah hal yang tidak bisa hindari. Yang bisa kita lakukan, hanyalah dengan menghadapi. Hadapilah masalah itu dengan bijak. Lalu, bagaimana caranya?


Ada kalanya dalam hidup kita merasa down sampai merasa frustasi dengan masalah yang dihadapi. Jika terlalu lama larut dalam masalah, tentu akan berdampak buruk bagi diri sendiri. Namun, menganggap masalah itu tidak ada juga adalah pilihan yang buruk. Mengapa? Sebab dengan menganggap masalah itu tidak ada, sama saja kita membohongi diri kita sendiri. Sehingga masalah tersebut tanpa kita sadari akan muncul dalam wujud masalah yang baru. Dan imbasnya, orang-orang yang tak berdosa yang berada di sekitar kita lah yang kena.

Saya dulu sering mengalami hal ini. Jika ada masalah datang, saya dengan entengnya langsung membuang masalah itu jauh-jauh tanpa pernah menyelesaikannya. Misalnya saja, saya dulu pernah menjalin hubungan dengan seseorang, yang saya yakin hampir dari kita semua mengalami hal ini. Dalam hubungan itu, yang namanya masalah tentu akan selalu datang. Jadi, berawal dari saya yang  merasa pasangan saya tidak menepati janjinya. Kalaupun ditepati, pasti terlambat. Karena tidak ingin terlihat terlalu berharap, maka saya langsung menganggap masalah itu tidak ada sebab memang masalah itu menurut saya terlalu kecil untuk dibesar-besarkan.

Makin lama, saya merasa kurang dihargai, hingga akhirnya sifat saya berubah menjadi cuek, ketus, dan pemarah terhadap pasangan saya. Sampai saudara saya sendiripun suka kena imbasnya. Hingga akhirnya, dia menanyakan mengapa saya bisa seperti itu. Tentu saya menjawab apa adanya, bahwa saya merasa kurang dihargai. Setelah saya mengatakan alasannyapun, ternyata tidak berakhir happy ending juga. Mengapa? Sebab masalah kecil-kecil itu sudah bertumpuk. Masalah-masalah yang membukit itu membuat saya semakin ilfeel terhadap pasangan saya. Ditambah lagi sebelumnya saya punya ekspektasi tinggi terhadap pasangan saya. Masalah-masalah itu menurut saya tidak akan clear jika diselesaikan hanya dengan meminta maaf. Intinya, dari sini saya belajar bahwa setiap ada masalah sekecil apapun, harusnya segera diselesaikan dengan baik-baik walaupun kecil.

Jadi, poin utama cara menghadapi masalah adalah dengan aware. Sebagai orang yang selalu memiliki masalah, kita harus sadar dulu bahwa kita ada dalam masalah. Kita harus berani untuk mengakui bahwa masalah itu ada. Dan juga, kita harus menerima kalau masalah itu telah terjadi. Kalau kita sudah menyadari, mengakui dan menerima, artinya kita sudah selangkah lebih maju untuk sembuh dari penyakit batin.

Setelah itu, kita bisa langsung ke tahap detoxification. Yah, ibarat mengeluarkan racun-racun dalam tubuh dengan istilah detoksifikasi. Namun, yang menjadi racun disini adalah masalah. Bagaimana caranya? Cukup banyak hal-hal yang bisa dilakukan untuk menyelesaikannya. Jika memiliki masalah dengan seseorang, maka segeralah bicarakan kepada orang yang bersangkutan. Bukan maksud ingin membuat perselisihan, namun kita sebagai manusia tentunya ingin cepat sembuh kan? Selain itu, cara lainnya sebelum mengeluarkan masalah adalah dengan menetralisirkan pikiran. Pikiran itu butuh makanan. Makanan itu bisa didapat dengan jalan-jalan, menulis, menyanyi, berkumpul dengan teman-teman, hingga ke acara atau pertemuan yang positif. Jika pikiran sudah tenang, menyelesaikan masalahpun akan menjadi hal yang mudah.

Dan yang terakhir adalah dengan memasuki tahap reborn. Setelah mengeluarkan racun-racun masalah dalam tubuh, kita harus siap untuk lahir kembali sebagai pribadi yang baru. Dalam artian, pribadi kita tidak terkontaminasi oleh hal-hal yang buruk di masa lalu. Bagi orang yang tak bisa lahir kembali menjadi pribadi baru, maka dia akan terus hidup di masa lalu. Masa lalu seakan menjadi hal mengerikan yang terus menghantuinya. Sementara, kehidupan akan terus berjalan. Contoh orang yang hidup di masa lalu bisa dilihat melalui orang-orang yang memiliki trauma. Tentu kita tidak ingin seperti itu kan? Maka yang perlu dilakukan adalah melaksanakan ketiga poin penting diatas tadi. Akhir kata, semoga tulisan ini banyak memberikan manfaat untuk kita semua.

Post a Comment