Belajar Pendidikan Karakter Dengan Metode Sentra
Sudah lama rasanya saya tidak menulis di blog ini mengenai topik pengembangan diri. Dulu waktu masih mahasiswa, menulis atau me-review tulisan mengenai pengembangan diri sudah menjadi hal rutin dan wajib. Maklum, karena mahasiswa butuh suntikan semangat untuk kejar deadline tugas akhir 😅. Setelah kerja di instansi, kebiasaan menulis itu sudah mulai terkikis karena kesibukan, sampai akhirnya hari ini, saya alhamdulillah dikasi kesempatan oleh Allah untuk bisa hadir di event keren dengan tema pengembangan diri. Yakni Seminar Pendidikan Karakter Dengan Metode Sentra yang diselenggarakan oleh pengurus Dharma Wanita Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin.
Saya tidak berpikir panjang untuk ikut di acara ini ketika salah seorang teman blogger kak Abby memberikan informasi terkait seminar tersebut. Saya langsung segera daftar, karena alhamdulillah lokasinya juga tidak jauh sekitar 1 km dari kost, yakni di Universitas Hasanuddin tepatnya di gedung IPTEKS Fakultas MIPA lantai 2 pukul 09.00. Saat masuk ruangan seminar, juga saya tidak kesulitan untuk menemukan tempat duduk yang pas karena sudah disapa duluan dengan teman-teman blogger seperti kak Abby dan kak Yanti untuk bergabung duduk bersama mereka. Adapun kak Lina, beliau datang menyusul setelah saya.
Meteri ini dibawakan oleh suami istri yakni Pak Yudhistira ANM Massardi dan Ibu Siska Yudhistira Massardi. Pak Yudhistira ini merupakan sastrawan yang dikenal dengan karyanya, novel Arjuna Mencari Cinta. Adapun Ibu Siska sendiri, beliau merupakan pemerhati pendidikan yang telah membuat sekolah gratis untuk kaum dhuafa dengan metode sentra. Pertanyaannya, apa sih metode sentra itu?
Di awal acara, Pak Yudhistira memberikan pengantar mengenai metode sentra. Beliau menyampaikan bahwa metode sentra merupakan metode yang sangat memuliakan anak dan metode yang sangat baik digunakan dalam membangun karakter anak. Beliau berbicara tidak lama sih, sesi selanjutnya langsung di ambil alih oleh Ibu Siska. Nah, Ibu Siska inilah yang membuat saya mendapat suntikan ilmu baru saat itu. Seperti di awal yang saya bilang tadi, beliau ini mendirikan sekolah gratis bagi kaum dhuafa. Dan yang menarik dari sekolah gratis ini adalah karena metode yang digunakannya adalah metode sentra.
Pak Yudhistira Memberikan Pengantar Metode Sentra |
Mungkin disini sudah ada yang kenal dengan sekolah TK Al-Falah? Yaph, sekolah ini merupakan sekolah swasta di Jakarta yang terkenal dengan sistem pendidikannya. Banyak orang tua siswa yang menyekolahkan anaknya disini karena sekolah ini terbukti mampu mencetak anak-anak yang berkualitas. Sayangnya, untuk masuk di sekolah ini para orang tua harus merogoh kocek yang tidak sedikit. Lalu apa hubungannya dengan judul blog diatas? Tenang, hubungannya ada kok 😊. Ternyata, kunci dari suksesnya sistem sekolah tersebut adalah karena metode yang digunakan adalah metode sentra. Dan alangkah beruntungnya Ibu Siska bisa mendapatkan pelatihan metode sentra tersebut dari sekolah Al-Falah sehingga beliau bisa membagikannya kepada peserta seminar yang hadir tadi termasuk saya.
Jadi, awalnya Bu Siska memiliki keinginan untuk membangun sekolah gratis dalam bentuk TK untuk orang yang tidak mampu. Sempat dikonsultasikan ke suami, dan alhamdulillah disetujui asalkan sekolah itu harus terus berjalan dan tidak boleh ditutup karena sekolah gratis itu bukan seperti warung yang bisa ditutup seenaknya. Ada tanggung jawab besar disitu. Awalnya beliau berpikir bahwa membangun sebuah sekolah TK itu adalah hal yang mudah karena yang diajar hanyalah anak-anak. Namun, hal itu salah. Sekolah yang didirikan oleh Bu Siska berbeda dengan sekolah pada umumnya. Sekolah Bu Siska menerima anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu. Kita tahu sendiri kan, keluarga tidak mampu ini hampir sebagian besar kurang mendidik anaknya dengan cara yang baik. Bahkan, kebanyakan dari mereka dibesarkan dengan cara yang keras karena kondisi keluarga yang sangat minim. Dan hal itulah yang dialami Bu Siska. Sekolah baru 3 bulan berjalan, beliau sudah ingin minta berhenti. Alasannya tidak lain karena anak-anak tersebut hampir tiap hari mem-bully beliau.
Ibu Siska Share Pengalannya Selama Menerapkan Metode Sentra |
Beliau berpikir dan banyak beristikharah kenapa hal tersebut bisa terjadi. Sampai akhirnya Bu Siska mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan metode sentra di sekolah Al-Falah lah baru pikiran beliau terbuka. Ternyata pengajaran yang selama ini dia terapkan ke anak-anak tersebut adalah salah. Yaph, pengajaran yang beliau terapkan adalah pengajaran konvensional, yang pilihannya hanya suka, atau harus suka. Pendidikannya begitu keras. Puncaknya itu hingga di bulan ke-9, beliau sampai mendapatkan perlakuan fisik secara negatif dari anak-anak tersebut. Dan akhirnya di bulan ke-10 lah beliau kemudian mendapat kesempatan belajar di Al-Falah tadi selama 8 hari.
“Baru 1 hari, saya sudah jatuh cinta dengan Al-Falah ini.” begitu kata Bu Siska. “Ternyata di Al-Falah semua siswanya dimanusiakan. Guru happy, anak happy.” Fitrahnya anak adalah sama. Semuanya ingin dimuliakan. Dan Al-Falah, sangat menjunjung tinggi prinsip itu. Tanpa pikir panjang, metode tersebut langsung beliau terapkan di sekolah gratis yang didirikan oleh beliau. Dan hasilnya, sungguh luar biasa. Yang awalnya perilaku anak-anak buas, lama-lama akhirnya bisa melembek ketika metode ini diterapkan. Prinsip utamanya anak mesti dimuliakan. Bagaimana caranya? Yaitu dengan tidak melakukan 3M, yaitu dengan tidak melarang, menyuruh, dan menghukum. Sayangnya banyak orang tua dan guru yang belum tahu akan hal ini. Sehingga, tidak jarang kita sering melihat anak selalu berontak hingga menjadi sulit diatur.
Beliau juga menyampaikan mengenai gizi. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kaum dhuafa itu banyak yang gizinya yang kurang baik. Tentu saja hal ini sangat berpengaruh kepada anak. Karena mereka tidak mendapatkan gizi yang baik di rumah, maka dari sekolah, Bu Siska memfasilitasi makanan dengan gizi yang baik untuk para siswa. “No indomie, no televisi.” kata beliau. Hal ini karena keduanya banyak memberi pengaruh yang tidak baik untuk perkembangan anak khususnya di usia dini.
Lalu, mengapa mesti anak usia dini? Bu Siska menyampaikan bahwa usia 0-2 tahun, otak anak mesti di stimulus dengan komunikasi verbal. Misalkan, ketika anak bertanya, “Ini apa?” (sambil menunjuk botol minuman). Maka, ibunya bisa menjawab, “Ini botol.” Kemudian anaknya bertanya lagi, “Ini apa?” (masih dengan menunjuk botol minuman). Kebanyakan dari para orang tua ketika dihadapakan dengan kejadian seperti itu, mereka pasti akan capek sehingga menjawab dengan jawaban seadanya “Ini botol” lagi. Padahal, ini merupakan tanda bahwa anak ini termasuk anak yang aktif dan ingin tahu lebih banyak. Inilah kesempatan orang tua untuk menstimulus otak anak dengan cara mengatakan, “Ini botol isinya air.” Dan jika ditanya lagi dengan pertanyaan yang sama oleh anak, maka dijawab lagi “Ini botol isinya air dan bisa diminum.” sambil dilakukan dengan gerakan verbal. Nah, dengan begini, maka otak anak bisa terstimulus sehingga perkembangannya otaknya bisa berjalan dengan baik. Komunikasi seperti ini sebaiknya harus sering-sering dilakukan.
Foto Bareng Dengan Ibu Siska 😆 |
Selanjutnya Bu Siska juga menyampaikan kepada peserta dalam berkomunikasi kepada anak, jangan ada kalimat direct. Misalkan seperti anak 1 tahun ingin naik tangga. Kebanyakan orang tua, pasti akan melarang anaknya untuk menaiki tangga karena berbahaya. “Jangan naik tangga, nanti jatuh. Nah tuh, jatuh kan? Apa mama bilang.” perkataan ini pasti sudah sering diucapkan oleh para orang tua. Maksudnya memang baik, namun sebenarnya penyampaiannya yang kurang baik. Hal ini memang banyak terjadi karena ketidaktahuan orang tua mengenai metode sentra. Berbeda halnya dengan orang tua yang paham betul akan metode sentra. Orang tua yang paham akan metode sentra, pasti mereka akan membantu dan mengajari anak mereka supaya bisa naik tangga, tentunya dengan cara yang aman. Bukan malah sebaliknya, anak malah dilarang bahkan dimarahi. Bahkan berkomunikasi ke anak saat dihadapi situasi itu juga harus diperhatikan. Orang tua yang ingin menerapkan metode sentra ke anak bisa bilang ke anaknya, “Boleh naik tangga, tapi pastikan aman.” Karena pada intinya keamanan lah yang menjadi kunci utamanya. Sayangnya orang tua sering salah dalam mengkomunikasikan hal ini. Intinya kita tidak perlu banyak melarang anak. Yang penting aman. Dan itu juga sebenarnya merupakan kesempatan anak untuk mengeksplore. Karena dengan mengeksplore, maka anak akan cepat pertumbuhannya sehingga menjadi anak yang aktif. Kalaupun suatu saat anak melakukan sesuatu yang kurang baik seperti berlari-lari sementara siruasi rumah tidak mendukung hal itu, maka buatlah kalimat yang kreatif, dan jangan sering diulang. Hal itu bisa dikomunikasikan kepada anak dengan mengatakan bahwa di rumah itu tempat berjalan, dan lapangan itu tempat berlari misalnya.
Perlu dicatat, pendidikan yang paling penting diterapkan ke anak adalah pendidikan karakter. Yang mana pendidikan karakter ini bisa dan sangat mudah dibentuk di usia anak dari 0-7 tahun. Bu Siska menyampaikan bahwa, dari usia tersebut tadilah 70% karakter kita sudah terbentuk, dan sedikit karakter anak diwaktu besar, ada di karakter saat ibunya sedang mengandung. Jadi, ibu yang hamil jangan suka stres karena itu sangat berpengaruh ke anak. Bahkan, proses melahirkan pun sangat berpengaruh. Ternyata, untuk para ibu yang melahirkan secara normal, anaknya akan punya daya juang yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang dilahirkan secara caesar. Fitrahnya ibu memang bisa melahirkan normal, hanya karena teknologi saja yang agak menjajah kita sehingga banyak yang memilih untuk menjalankan operasi caesar.
Makanya, para ibu dimudahkan dengan adanya masa nifas selama 40 hari. Itu tidak serta merta ditentukan begitu saja. Ternyata, ada maksud lain yang diberikan Allah kepada ibu yang baru melahirkan pada masa 40 hari tersebut. Dan hal inilah yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para ibu. Bu Siska menyampaikan bahwa masa nifas adalah masa dimana ibu harus menjalin hubungan dekat dengan bayinya. Itulah cara kita menghormati bayi. Budaya kita biasanya setelah anak lahiran, orang-orang akan datang berkunjung kerumah kita, lalu kemudian anak langusng dipertemukan dengan orang-orang tersebut. Bahkan, tak sedikit dari orang-orang ini yang menggendong bayi yang baru lahir tadi. Ternyata, hal ini sangatlah tidak baik untuk anak. Bayangkan, anak sebelumnya berada dalam kandungan, di ruangan VVIP-lah istilahnya. Dia sendirian dan dia tenang disana. Lalu kemudian akhirnya dia pindah ke dunia lain, yang tiba-tiba banyak hal-hal baru dan asing yang berada disekitarnya. Tentu saja hal ini akan banyak mengagetkan anak. Wajar kalau anak akan sering menangis. Oleh karena itu, Bu Siska menyarankan bahwa seorang ibu baiknya selama masa nifas harus mendekatkan diri secara emosional kepada anak. Cukup ibu dan anaknya. Dan insya Allah kalau selama 40 hari ini pendekatannya berhasil, maka bayi nantinya akan cenderung tenang dan tidak rewel.
Kembali ke metode sentra, metode sentra ini sendiri juga merupakan metode yang membiarkan anak untuk berani meng-eksplore. Guru memberikan permainan edukatif, dan kemudian anak memilih. Ketika anak bisa meng-eksplore dan memilih, maka anak itu sudah memiliki karakter yang baik. Kebanyakan, orang tua memang sering membuat keputusan sepihak untuk anak lakukan tanpa mempertimbangkan pendapat anak itu sendiri. Yang penting nurut. Hati-hati, ternyata justru anak yang penurutlah yang mesti jadi PR bagi orang tua. Kenapa? Karena anak penurut itu mengindikasikan bahwa ia merupakan anak yang tidak bisa mengekspresikan dirinya. Memang tujuannya baik, namun hal ini ternyata malah sangat tidak bagus bagi perkembangan anak. Jika hal ini sering dilakukan orang tua terhadap anak, maka jangan heran ketika anak sudah dewasa ia akan sulit mengambil keputusan dalah hidupnya, bahkan parahnya sampai untuk mencari pendamping hidupnya saja, mesti dicarikan mama. 😓
Selain itu, ternyata anak usia dini juga merupakan seorang pengamat dan peneliti. Dia akan mengamati dan meneliti apa saja yang berada disekitarnya, bahkan ia juga pasti akan mencari model untuk ditirunya. Pasti sering kan, menemukan ada anak yang bahkan cara berjalan atau gesekan kakinya ketika berjalan itu persis seperti orang tuanya? Nah, itu semua karena anak memang peneliti, dan dia mengambil orang tuanya sebagai model tanpa kita sadari. Oleh karena itu, sebagai orang tua kita harus menjadi model yang baik bagi anak.
Blogger Foto Bareng Dengan Bu Siska |
Ajarilah cara belajar maaf dan memaafkan. Anak sangat pandai berkomunikasi. Kebanyakan orang tua berkomunikasi sesuai dengan apa yang mereka mau saja. Hal itu memang boleh-boleh saja, namun bahasanya harus diperbaiki. Bahasa yang digunakan adalah bukan bahasa yang memerintah karena anak bukan penyuruh.
Selain meng-eksplore, metode sentra juga dimaksudkan agar mampu mendidik anak untuk patuh terhadap peraturan sesuai dengan prinsip 3M tadi. Yang penting orang tua bisa menerapkan hal ini, maka dijamin anaknya akan bagus karakternya. Lalu pertanyannya, kenapa mesti orang tua? Yah, karena orang tua merupakan sekolah pertama bagi anak. Pendidikan karakter dasar saja seperti buang sampah pada tempatnya, bisa bilang permisi dan maaf, hingga bisa mengucapkan terimakasih itu sangat wajib untuk orang tua didik ke anak. Daripada anak diajar untuk pintar baca dan menghitung, sangat lebih baik untuk menanamkan pendidikan karakter yang baik lebih dulu terhadap anak. Banyak diluaran sana orang yang pintar, sayangnya kepintaran itu akan bernilai 0 di mata Allah karena karakternya yang buruk.
Selain orang tua, guru juga merupakan modeling kedua bagi anak. Kalau misalkan orang tuanya kurang memperhatikan anaknya atau tidak bisa menerapkan metode sentra tadi ke anak, maka masih ada harapan pada gurunya. Yaph, peran guru memang penting. Namun jika guru masih juga kurang memperhatikan anak tsb, maka anak akan mengambil modeling terakhir yaitu dari lingkungannya. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya jika lingkungan anak itu sangat tidak baik. Tentunya karakter anak akan mengikut tidak baik pula. Anak akan banyak melakukan tindakan negatif. Lihat saja kasus kejahatan dimana-mana, itu tidak lain terjadi karena di masa kecilnya, ia tidak mendapatkan perhatian dan didikan yang baik dari orang tua dan guru, sehingga lingkunganlah yang akan membentuknya.
Wow! Pokoknya super sekali seminar yang saya hadiri kali ini. Saking supernya saya berjanji akan men-share-nya kelak ketika pulang dari seminar. Wajib. Dan hasilnya, adalah tulisan ini, karena ini merupakan ilmu yang sangat penting untuk diketahui utamanya untuk para orang tua. Yah, walaupun saya belum berkeluarga bahkan belum memiliki anak, saya jadi punya bekal dikemudian hari nanti 😅. Yang juga menyenangkan dari event ini adalah ketika saya dipersilahkan bertanya kepada Bu Siska oleh moderator mengenai motivasinya untuk mendirikan sekolah gratis dengan metode sentra. Dan jawaban Ibu Siska, sungguh sangat membuat saya tersentuh, dan sangat menginspirasi saya untuk lebih banyak memberi kepada orang lain.
Menang Doorprize 😍 |
Berfoto Bersama Peserta Yang mendapat Doorprize |
Alhamdulillah, saya dapat doorprize dari penyelenggara, dan juga saya berhasil mengabadikan gambar bersama Bu Siska 😀. Saya jadi ingat impian saya dulu, bahwa di setiap event atau seminar yang menghadirkan narasumber hebat, saya wajib mengambil gambar bersama narasumbernya. Yah, supaya makin termotivasi. Dan alhamdulillah setelah sekian lama, impian itu kembali bangkit dari kubur saat di seminar tadi.