Cerita Pengalaman Ga Menarik Saat Pandemi COVID-19

Sunday, February 21, 2021

Pengalaman saat pandemi COVID-19? Jujur ga ada pengalaman yang begitu menarik untuk diceritain. Yang semestinya saya ke Lombok untuk kerjaan pengawasan saat itu, akhirnya malah ga jadi karena faktor orang tua yang ngga mengijinkan. Sebenarnya kalo saya memelas untuk tetap pergi kesana sih bisa-bisa aja, cuman yah tetep aja jatuhnya jadi ga enak pergi dengan hati orang tua yang ga sepenuh hati. Lagian, saya juga ngerasa diri ini masih butuh liburan sih. Jadi, situasi COVID-19 ini jadi ajang saya buat menikmati hidup, sambil mengeksplorasi hobi-hobi saya.

Saya pribadi mendengar berita COVID-19 saat masuk ke Indonesia pertama kali, menjadi begitu sangat panik. Gimana ngga, di mana-mana, COVID-19 ini diperlihatkan sebagai penyakit yang sangat mudah menular, dan sebagai penyakit yang bisa mematikan karena obatnya belum ditemukan. Hanya imun tubuh yang kuat yang mampu mematikan virus COVID-19 tersebut.

Semua orang kemana-mana jadi mengenakan masker, harus selalu cuci tangan, bahkan jaga jarak. Pertanyaan saya, sampai kapan situasi ini berakhir? Kapan obatnya bisa ditemukan? Ataukah protokol kesehatan COVID-19 ini akan diterapkan selamanya?

OMG, rasanya ga rela deh kalo selamanya, kita kemana-mana mesti pake masker. Keluar rumah selalu ada perasaan was-was jika sewaktu-waktu virus ini menyerang. Apalagi saat ketemu temen, udah jaga jarak, mengabadikan momen dengan foto-fotopun rasanya sedih karena jatuhnya ga epik. Lepas masker saat foto, rasanya jadi kayak ga punya empati. Hiks sedih banget! That’s why saya ga posting foto yang gimana-gimana di Instagram saya.

Saya inget, di hari kemerdekaan tahun lalu, saya ikut kegiatan outdoor salah satu komunitas untuk gathering. Kita tenda-an disana, nginap semalam untuk seru-seruan aja. Waktu itu situasinya kita masyarakat udah diperbolehkan untuk sekedar liburan, dengan syarat tetap mengindahkan protokol kesehatan.

Saat momen itu terjadi, ada kalanya saya ngelepas masker. Misalkan saat berfoto dan main game, semuanya pada kompak untuk lepas masker. Saya yang di posisi sangat was-was jika membuka masker, jatuhnya jadi ga enak kalau tetap kekeh pakai masker.

Yah emang sih, kadang masker ini cukup membatasi ruang gerak saya ketika bersosialisasi. Hanya bermodalkan feeling, saya ngerasa kondisi dan posisi saya waktu itu cukup aman dengan hand sanitizer di tangan. Saya sadar apa yang saya lakuin ini ga sepenuhnya benar bahkan bisa dianggap salah, dan cukup membahayakan nyawa saya dan orang lain. Jangan diikuti ya, saya sendiripun menyesal, dan akan berusaha tidak mengulangi kesalahan itu kembali.

Pulang dari kegiatan itu, saya benar-benar ga keluar rumah hanya untuk memastikan bahwa kondisi saya benar-benar aman. Saya menyibukkan diri di rumah dengan berinternet ria, mulai ngurusin kerjaan website, blog, arsitektur, hingga main game. Hehe.

Sebenarnya, jauh sebelum saya liburan bareng teman komunitas yang saya ceritakan diatas, saya cukup heran dengan prilaku orang-orang di sekitar saya terkait kesadaran mereka akan bahaya COVID-19 ini. Kenapa? Karena ga sedikit yang saya lihat masker yang mereka kenakan itu malah dilepas. Masker itu dibiarin menggantung di leher seolah diri mereka tetap bisa ter-protect.

Contoh yang paling sering saya temuin, adalah penjual gerobakan makanan di pinggir jalan. Ada orang yang singgah beli makanannya, tetap aja maskernya ga dikenakan sesuai yang semestinya. Duh, saya kan jadi gemes.

Di lingkungan tempat kerja saya yang banyak menerima tamu dari luar pun begitu. Meski kerjaannya bukan kerjaan outdoor, yah tetap aja menurut saya etikanya harus pakai masker, karena kerjaan ini menuntut kita untuk berinteraksi dengan orang luar. Sayangnya penggunaan maskernya tidak maksimal. Mau negur, tapi kok rasanya ga enak ya? Ada yang mengalami? Hehe.

Kalau ditanya soal solusi, saya ga tau solusi apa kira-kira yang mampu membuat masyarakat yang tidak mengindahkan protokol kesehatan jadi patuh akan protokol kesehatan COVID-19. Itu semua sebenarnya tergantung kesadaran diri masing-masing. Mau menegur bagaimana pun, kalau orangnya memang ga aware, yah jadinya akan buka lepas masker. Lagian, saya ga siap dikatain “sok” mengingat saya juga ga sepenuhnya sempurna dalam menerapkan protokol kesehatan ini.

Mungkin terlihat rajin mengenakan masker emang iya, tapi saya masih banyak kekurangan dalam hal mencuci tangan karena lebih mengandalkan hand sanitizer. So, saya hanya berusaha untuk diri saya sendiri dulu.

Lalu bagaimana soal vaksin? Saya harap sih vaksin COVID-19 ini benar-benar bisa bekerja dan menjauhkan kita dari virus ini sehingga, COVID-19 sudah tidak semembahayakan dulu lagi.

Semoga vaksin COVID-19 ini bisa tersebar merata di seluruh Indonesia, dengan harga yang lebih terjangkau untuk penduduknya. Saya percaya pemerintah Indonesia mampu menangani vaksin ini dengan lebih baik. Aamiin.

Post a Comment

Just A Note. By Suryani Palamui.